Jumat, 31 Desember 2010

Tentang Ekspor Kopi Indonesia

EKSPOR KOPI INDONESIA
Kalau kita baca sejarah kopi, kita tahu bahwa kopi Indonesia telah diekspor sejak jaman Hindia Belanda. Sampai saat inipun kopi masih merupakan komoditi ekspor yang penting bagi Indonesia, termasuk 10 besar komoditi ekspor utama walaupun tahun 2010 ini ekspornya merosot dibandingkan tahun lalu. Dari beberapa sumber diketahui bahwa ekspor kopi Indonesia menurut jenisnya terdiri dari 85%  robusta dan 15% arabika. Patut disayangkan bahwa ekspor kopi kwalitas rendah makin lama makin meningkat dimana pada tahun 2010 jumlahnya mencapai 35% dari seluruh ekspor kopi, padahal pada tahun 1995 jumlah ekspor kopi kwalitas rendah hanya 14%. Lampung menguasai sekitar 70% - 85% dari seluruh ekspor kopi Indonesia, dimana ekspor kopi dari Lampung ini berasal dari Bengkulu, Sumatera Selatan dan dari Lampung sendiri.
Adapun ekspor kopi Indonesia pada tahun 2009/2010 volumenya mencapai 350.000 ton dengan nilai sebesar US $.705,5 juta. Dibandingkan tahun 2008/2009 dimana volumenya mencapai 401.000 ton dengan nilai sebesar US $.722 juta, maka disebutkan bahwa kinerja ekspor kopi Indonesia mengalami penurunan sebesar 12,7%, namun demikian nilai ekspornya meningkat 3%. Hal ini disebabkan harga kopi dunia meningkat sampai 40%, yang disebabkan meningkatnya permintaan ditengah berkurangnya pasokan. Musim dingin yang ekstrim dan badai salju yang dialami banyak negara di Eropa telah menaikkan konsumsi kopi dan telah ikut meningkatkan permintaan kopi, dan curah hujan tinggi ditengah ketidak pastian cuaca yang dialami banyak negara penghasil kopi telah menyebabkan berkurangnya pasokan kopi.

TATA CARA EKSPOR KOPI
Sejak tahun 2001 kebijakan reformasi yang dilakukan ICO (International Coffee Organization) diantaranya adalah menghapus sistem kuota dalam perdangangan kopi dunia. Dengan tidak diterapkannya sistem kuota maka para eksportir dibebaskan dari pembatasan jumlah kopi yang dapat di ekspor. Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK) dapat dikeluarkan langsung oleh Dinas yang bertanggung jawab  di bidang Perdagangan di Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan jumlah permintaan eksportir yang bersangkutan.
Berdasarkan perubahan tersebut, Pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.588/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 Desember 1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan No.01/M-DAG /PER/1/2007 tanggal 22 Januari 2007 dan Peraturan Menteri Perdagangan No.27/M-DAG/PER/7/2008 tanggal 18 Juli 2008 tentang Ketentuan Ekspor Kopi guna mengatur tata niaga ekspor kopi.
Kopi yang diatur ekspornya adalah yang termasuk pos tarif / HS. 09.01 dan 21.01 yang hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah diakui sebagai Eksportir Terdaftar Kopi (ET-Kopi) oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan.
Untuk diakui sebagai ET-Kopi, Perusahaan harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Surat Izin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintahan Non Departemen, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan mendapatkan Rekomendasi dari Dinas yang bertanggung jawab dibidang Perdagangan di Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk sebagai penerbit SPEK.
Pengakuan sebagai ET-Kopi berlaku selama perusahaan yang bersangkutan melaksanakan kegiatan usahanya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ET-Kopi  tidak melaksanakan kegiatan ekspor kopi selama 1(satu) tahun terakhir maka pengakuan sebagai ET-Kopi dinyatakan tidak berlaku..
Ekspor kopi hanya dapat dilaksanakan apabila dilengkapi SPEK dan kopi yang diekspor wajib sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan Menteri Perdagangan..
Dalam tata cara pelaksanaan, perusahaan eksportir harus mengajukan permohonan secara tertulis untuk memperoleh penerbitan SPEK kepada Kepala Dinas yang bertanggung jawab di Bidang Perdagangan di Provinsi/Kabupaten/Kota dengan melampirkan Foto kopi pengakuan sebagai ET-Kopi dan Foto kopi bukti pembayaran iuran kepada Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) dengan menunjukkan bukti asli.
SPEK diterbitkan selambat-lambatnya dalam waktu 3 hariterhitung sejak diterimanya permohonan penerbitan SPEK secara lengkap dan benar, dan hanya berlaku selama 30 hari sejak diterbitkan dan hanya dapat diperpanjang 1 kali.Masa berlaku SPEK sampai dengan akhir tahun kopi atau sampai tanggal 30 September, dan tidak dapat diperpanjang lagi.SPEK dapat digunakan untuk pengapalan dari seluruh pelabuhan Indonesia.
Eksportir harus melampirkan Surat Keterangan Asal (SKA) form ICO yang dikeluarkan oleh Dinas yang bertanggung jawab di bidang perdagangan di Provinsi/Kabupaten/Kota dan instansi yang ditunjuk oleh Direktu Jenderal Perdagangan Luar Negeri dalam penerbitan SKA form ICO.
Eksportir kopi yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dan persyaratan ekspor kopi dikenakan sanksi berupa pembekuan atau pencabutan pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar Kopi (ET-Kopi).
Silahkan mengekspor kopi.

Tips:
          http://www.bps.go.id
          http://www.kontan.co.id 
          http://en.wikipedia.org

Selamat Tahun Baru 2011
Wassalam


Kamis, 30 Desember 2010

Bukan pemerhati kopi

Beberapa kali, sering malah, aku minum kopi di suatu warung kopi atau tempat makan lalu kopinya terasa enak namun waktu ditanya si empunya warung nggak tahu jenis kopi yang dihidangkannya. Sebagai penikmat dan pemerhati kopi aku menyayangkan hal tersebut, namun aku juga menyadari sih tentunya nggak semua orang orientasinya akan kopi sama walaupun sering berurusan dengan kopi. Misalnya begini, orang2 yang mengusahakan warung kopi banyak yang orientasinya hanyalah bagaimana agar warung kopinya ramai dan keuntungannya lumayan. Maka mereka akan berusaha agar kopi yang dihidangkannya digemari pengunjungnya serta dimana dia harus mendapatkan suplai bubuk kopi enak yang harganya cocok untuk mendapatkan keuntungan yang memadai, tanpa merasa perlu mengetahui jenis dan kualitas kopi tersebut,yang penting kopinya laku. Atau banyak juga yang menyediakan kopi enak di warung makannya dimaksudkan sebagai pemancing agar orang berkunjung dan makan di warungnya, atau memang mereka berusaha semua hidangan diwarungnya enak, sehingga merasa tidak perlu tahu detil kopi yang dihidangkannya karena motivasi sebenarnya adalah agar omzet warung makannya besar dan memberikan keuntungan lumayan. Selain yang aku sebutkan diatas tentu ada lagi sebab2 orang tidak tahu atau merasa tidak perlu tahu akan jenis2 kopi meskipun sehari-hari bergaul dengan kopi. Contoh paling sederhana yang ada dilingkunan kita adalah pembantu rumah tangga yang sangat pandai membuat kopi tapi kalau ditanya apa jenis kopinya, dia hanya bisa menyebutkan merk atau malah hanya menyebutkan dimana majikannya membeli kopi tersebut. Berikut ini adalah salah satu rangkaian dari beberapa pengalamanku sehubungan hal tersebut.
Baru saja aku mencoba mengunjungi tempt makan semacam kafetaria yang belum begitu lama dibuka, selain makanan utama kami juga memesan minuman. Karena si empunya kafe menamai warungnya sebagai warung kopi, maka aku memesan kopi aceh yang memang ada dalam daftar menunya. Waktu menikmati kopinya aku merasa kopinya memang enak, sepertinya sedapnya kopi arabika yang dicampur sedikit robusta. Seketika aku ingin tahu apakah kopinya itu kopi Gayo atau bukan, jadi aku bertanya apa jenis kopinya, ternyata baik pelayannya maupun si empunya kafe tidak tahu persis jenis kopinya bahkan balik bertanya apa itu kopi Gayo. Nah, kok kafe yang menyebut dirinya warung kopi dan mulai terkenal ini tidak tahu jenis kopi yang dihidangkannya ? Aku jadi teringat pengalamanku yang lain yang bagiku juga mengherankan.
Beberapa bulan yang lalu dalam kunjungan dinas ke Surabaya, aku sempat minum kopi di salah satu pojokan  di pinggir jalan yang berada ditepi rel kereta api, mendengar posisinya tentu anda juga tahu bahwa ini warung kelas rakyat jelata --nggak perlulah aku cerita kenapa sampai ke warung itu--. Kopinya ternyata sungguh enak, mantabnya robusta sepertinya, untuk memastikannya sambil ngobrol aku tanyakan kepada si pemilik warung yang juga merangkap membuat dan menghidangkan kopi tersebut. Wah, boro2 dia tahu robusta atau bukan, dia malah tidak tahu bahwa ada jenis kopi robusta dan arabika, dia juga tidak tahu pasti asal kopinya dari mana karena ada pedagang yang selalu mensuplai kopinya yang tanpa merk. Nah, bagaimana sih ini ?
Mengenang pengalaman di warung kopi di pinggir rel kereta apiSurabaya itu --dan di banyak warung sejenis-- dan membandingkannya dengan kejadian di kafe yang baru saja kualamiaku --dan di banyak kafe sejenis itu-- membuatku makin yakin bahwa memang benar yang sering kupikirkan mengenai banyak orang yang walaupun kesehariannya berhubungan dengan kopi belum tentu mengetahui seluk beluk kopi. Apakah orang itu terpelajar atau tidak, pejabat atau bukan, kaya atau miskin, kaum elit atau kebanyakan, bisa karena mereka tidak ingin tahu atau merasa tidak perlu tahu atau bahkan tidak begitu perduli, sepertinya bagi mereka seluk beluk kopi tak lebih dari sesuatu yang "emang gue pikirin". Mau gimana lagi ya, sebetulnya sederhana saja, mereka memang bukan penikmat kopi dan juga bukan pemerhati kopi. Intinya, banyak orang yang sehari-hari bergaul dengan kopi tapi tidak tahu ataupun tidak perduli seluk beluk kopi, bagiku merupakan keanehan, sesuatu yang "emang kok gue pikirin". 


Wassalam.

Senin, 27 Desember 2010

Di dalam secangkir kopi

Pernahkah kita memikirkan apa yang terkandung dalam secangkir kopi ? Mari kita memikirkannya bersama.
Pertama-tama tentunya ada sekitar 7 - 9 gram bubuk kopi ditambah kira2 10 - 12 gram gula yang terlarut dalam kurang lebih 150 ml air bersuhu antara 90 - 100 C, itu semua bernilai Rp.3.000 - Rp.9.000 untuk kelas warung kopi rakyat. Untuk soal harga ini kopi di cafe2 kelas menengah, kelas atas atau bahkan cafe super mewah,  secangkir kopi hitam berkisar antara Rp.10.000 - Rp. 100.000 tergantung kualitas dan jenis kopi serta kelas cafenya. Kemudian didalam secangkir kopi tersebut terkandung 100 - 150 mg cafein, yang lazimnya dapat membangkitkan semangat peminumnya namun patut diwaspadai akibatnya bagi para penderita tekanan darah tinggi, jantung ataupun penderita maag. Apakah hanya itu yang dikandung dalam secangkir kopi ? Itu tadi baru yang mewujud, nyata, masih banyak lagi yang tidak nyata namun dapat dirasakan dengan jelas.
Bagi para penikmat kopi, ketika menikmati kopi yang enak akan timbul rasa nyaman, bila suasananya mendukung akan bertambah dengan datangnya rasa santai bahkan hilangnya atau berkurangnya stres. Bila anda seorang workaholic (pecandu kerja), dapat menambah semangat kerja, menyegarkan pikiran, menahan kantuk, bahkan membuka ide-ide yang mungkin lebih baik. Bila disuguhkan pada tamu yang suka kopi, maka tamu anda akan merasa lebih welcome, suasana jadi lebih santai dan obrolan menjadi makin asik. Bila anda hobi membaca, secangkir kopi bisa menambah jumlah halaman yang dibaca. Bahkan bila anda hobi nge-blog, ditemani secangkir kopi maka nge-blog jadi makin asik --kalau nggak percaya silahkan para blogger coba sendiri--, postingan jadi lebih mantap. Masih ada lagi ?
Jangan lupa, kalau kita lagi sedih, cobalah untuk bikin kopi lalu duduk santai dan nikmati kopi tersebut selagi panas sambil menghirup aromanya, niscaya kita akan lupa sejenak pada kesedihan dan kemudian kita rasakan bahwa kesedihan kita sudah berkurang. Bahkan kalau kita sedang bergembira sekalipun, secangkir kopi membuat kita lebih santai dan nyaman lalu kegembiraan kita lebih mendalam rasanya. Kalau kita sedang mendengarkan seseorang yang lagi curhat kepada kita, sambil minum kopi dapat membuat jernih pikiran kita sehingga kita lebih bisa bersimpati dan menghibur orang tersebut dengan kata2 yang lebih tepat.
Apakah anda akan berpilir bahwa aku terlalu mengada-ada mengungkapkan begitu banyak yang dikandung dalam secangkir kopi ? Jangan, karena kalau anda berpikir begitu maka anda akan meremehkan kopi dan tidak akan berusaha menikmati kopi. Nah, anda jadi rugi sendiri karena akan semakin tidak tahu kebenaran dari kenyataan-kenyataan yang ada dalam secangkir kopi seperti yang aku uraikan diatas. Lebih baik mulai mencoba menikmati kopi dan mulai belajar menyadari akan begitu banyaknya yang dikandung dalam secangkir kopi, baik yang terlihat maupun yang tak terlihat, baik yang dapat dihitung maupun yang hanya dapat dirasakan, baik yang ilmiah maupun yang separuh ilmiah, baik yang obyektif maupun yang subyektif. Oh kopi......

Tips :
Jika anda menggunakan cofeemaker dirumah maka aroma tambahan
yang anda inginkan, misalnya selembar daun jeruk atau sepotong
kayumanis ataupun sebutir cardamon atau rempah lainnya, dapat anda
masukkan didalam tabung pemanas airnya. Sulingan air yang
jatuh mengenai bubuk kopi akan mengandung rasa dan aroma rempah
tersebut dan membuat kopi anda terasa lebih nikmat, asalkan anda
memang menyukai aroma tersebut. Cukup sedikit saja menambahkan rempah,
karena minyak atsiri yang dihasilkan rempah tersebut jika terlalu banyak
akan menyebabkan kopi jadi terasa agak getir.
Selamat bersantai sambil menikmati kopi rempah yang sedap.

Wassalam

Kamis, 16 Desember 2010

Coffee is a life style ?

Minum kopi memang bisa dimana saja dan kapan saja, tapi menikmati kopi adalah sesuatu yang lain lagi atau bisa dikatakan beda dari minum kopi biasa. Kalau kita punya kebiasaan minum kopi tiap pagi sebelum ke kantor, rutinitas tersebut sebenarnya merupakan aktifitas minum kopi. Contoh yang lain adalah kalau minuman kopi dihidangkan pada suatu acara rapat atau pertemuan, kegiatan tersebut juga bagi saya merupakan minum kopi --kecuali kalo pertemuannya dilakukan di hotel b 5 dimana kopinya biasanya mantab enaknya-- begitu pula kalau kita sedang bertamu dengan suasana kurang santai lalu siempunya rumah menghidangkan kopi ala kadarnya, itupun bagi saya minum kopi namanya. Lalu seperti apa sih yang namanya menikmati kopi ?
Kita sering mendengar ungkapan bijak mengenai kopi, Coffee is a life style atau Coffee ia a culture ataupun kata2 lain yang mengungkapkan keistimewaan kopi dalam kehidupan kita. Nah, ungkapan2 seperti itu muaranya adalah bagaimana kopi bisa menjadi begitu nikmat untuk diminum, bagaimana minum kopi bisa menjadi menikmati kopi. Banyak cara tersedia untuk menikmati kopi, ingin secara merakyat, menengah, high class atau bahkan super high class sekalipun, tersedia. Salah satu gerai kopi terkenal memang membedakan kelas2 coffeeshop nya, karena segmen pasar yang mau dibidik memang berbeda-beda. Jangan lupa, menikmati kopi juga bisa dilakukan dirumah --sangat bisa--, baik di rumah sendiri, rumah orang tua ataupun nenek kita, bahkan di rumah mertua juga bisa (ya iyalah, anaknya kan teman hidup kita). Luangkan waktu yang tepat 1 - 2 jam, seduhlah kopi dengan cara yang benar --mau pake coffeemaker atau frenchpress atau drip ataupun kopi tubruk terserah selera anda, yang penting dari biji/bubuk kopi yang berkualitas--, carilah sudut rumah atau bagian rumah yang paling disukai dan tempatkan tubuh kita dengan posisi yang nyaman, dan nikmatilah kopi anda, nikmatilah "me time" anda.
Akan halnya saya sendiri, saya memang sering mengunjungi tempat2 tertentu, beberapa diantaranya coffeeshop terkenal untuk menikmati kopi. Namun sebagai seorang penikmat kopi, berbagai macam cara juga bisa saya dapatkan untuk menikmati kopi dirumah. Selain cara yang saya sebutkan diatas, saya bahkan bisa menikmati kopi (bukan sekedar minum kopi) di antara kegiatan saya didapur, sambil nonton tv ataupun sambil nge-blog, kadang2 pake coffeemaker tapi seringnya tubruk, yang penting kopinya enak dan mantap, dan  kegiatan yang saya kerjakan saya sukai. Intinya, mari kita jadikan kegiatan minum kopi menjadi menikmati kopi. Sepert ungkapan "Coffee is a life style".


Wassalam


Rabu, 08 Desember 2010

Menikmati "Kopi Lanang"

Beberapa waktu yang lalu dalam salah satu kunjunganku ke Jakarta untuk urusan keluarga, aku sempat ngobrol2 mengenai kopi dengan teman keponakanku yang bekerja sebagai salah satu barista di kafe Excelso. Salah satu yang diceritakannya adalah bahwa di gerai kopi tempatnya bekerja menyediakan "kopi lanang", yaitu kopi yang dihasilkan dari buah kopi yang berbiji tunggal, sementara buah kopi lazimnya berbiji ganda. Mendengar hal ini, sebagai penikmat kopi tentu saja "berdiri" telingaku, dan langsung berniat aku akan mencobanya pada kesempatan mendatang.
Nah, minggu lalu ketika sedang dinas di Jakarta, ditemani adikku aku menyempatkan diri mencoba menikmati kopi lanang tersebut di salah satu gerai Excelso yang ada di UI-Salemba. Gerai tersebut merupakan Excelso express, jenis gerai dengan sistem take away atau drive through, diatas itu Excelso memiliki dua tingkatan gerai  lagi. Pada kesempatan tersebut selain kopi lanang yang mereka beri nama Amazing Toraja, adikku memilih Iced Cappucino Caramel, dan kami juga ditemani nyamikannya Excelso Sampler. Rasa kopi lanang ini ya mirip seperti arabika-arabika lainnya, kenikmatan yang mantap dan lembut, secara khas mendekati rasa kopi Kalosi Toraja tetapi kurang rasa asamnya. Berikut ini adalah kisah sesudah mencicipi yang namanya kopi lanang tersebut.
Sekembalinya dari cafe tersebut seharian kami melakukan perjalanan panjang dan melelahkan karena menyinggahi beberapa tempat dan gonta-ganti kendaraan serta kemacetan lalu lintas yang luar biasa, sampai akhirnya kami baru tiba di rumah kakakku jam 10 malam. Adikku betul-betul kelelahan rupanya sehingga langsung terkapar tertidur, sementara aku merasa hanya sedikit lelah, lelah yang biasa aja seperti yang biasanya kualami sepulang kantor, artinya tidak sangat lelah. Nah, aku jadi berpikir, kenapa adikku sangat lelah sedangkan aku hanya sedikit lelah, padahal kalo di-pikir2 aku kan jauh lebih tua (kami terpaut usia 9 tahun). Apakah ini efek dari kopi lanang tadi ? Bisa iya, bisa tidak. Mungkin bener, mungkin cuma kebetulan. Karena ini pengalaman yang subyektif sifatnya, sementara ini aku juga belum punya referensi ilmiah mengenai kopi lanang ini, maka silahkan anda mencobanya sendiri, supaya nggak penasaran.

Tips :
Kalau anda menggunakan Coffeemaker dirumah, untuk mendapatkan rasa
yang pas sebaiknya gunakan bubuk kopi sejumlah dua kali lipat dibanding
untuk membuat kopi tubruk biasa.

Wassalam.

Jumat, 03 Desember 2010

Luwak.....oh Luwak

Baru2 ini aku nglirik salah satu blog mengenai kopi dari Amrik sana, pure coffee blog, si empunya blog dalam salah satu postingannya menceritakan pengalamannya minum kopi luwak. Pada intinya disitu dia menceritakan bahwa rasa kopi luwak tidaklah sebanding dengan harganya, sehingga pada akhir postingannya si Bill ini menyimpulkannya dengan kata2 "my first interaction with kopi luwak proved not as great as I had hoped".
Membaca postingan tersebut mengingatkan pengalamanku sendiri ketika mencoba kopi luwak di salah satu gerai kopi yang menyediakan kopi luwak. Walaupun aku dari dulu penasaran ingin mencoba kopi luwak namun kesempatan tersebut sebetulnya datang secara kebetulan, ketika aku bersama seorang sahabat --halo Purna, kapan kita minum2 kopi lagi di bandara-- sedang berada di bandara menunggu penerbangan Semarang-Jakarta. Pada waktu itu aku melihat gerai kopi yang menyediakan kopi luwak tersebut, dan karena masih ada waktu lebih dari 1 jam menjelang keberangkatan, maka aku memutuskan untuk menunggunya sambil menikmati kopi luwak. Temanku itu bukan penggemar ataupun penikmat kopi, sehingga walaupun dia orang yang secara ekonomi sangat mapan --maaf Pur, aku kok jadi nyeritain kamu ya-- merasa heran juga dengan harga fantastis kopi tersebut, dan lebih heran lagi karena aku kok bersedia merogoh kocek sebesar itu "hanya" untuk secangkir kopi, akhirnya kami memutuskan minumnya satu berdua, karena dia toh tidak terlalu ingin minum kopi seperti aku.  Beberapa saat setelah kami  mencicipi kopi luwak tersebut, temanku itu bertanya "gimana rasanya, apakah ini memang sangat enak ?" Aku jawab bahwa ini memang kopi enak. Sebenarnya yang aku rasakan adalah kopi tersebut memang enak, sedap, tetapi ya enak saja, bukan "jauh lebih enak" dari kopi2 yang lain, bukan. Bener deh, setidaknya bagiku. Aku tuh merasa "takjub" karena tidak menemukan "sesuatu yang sangat berbeda" dalam ke-enak-annya, secara harganya yang mencengangkan itu.
Kita semua tahu bahwa "rasa enak itu relatif", namun rupanya memang ada rasa enak yang yang bisa di "mark up" karena ke-eksklusif-annya, harganya, dan tentu saja juga prestise karena bisa merasakan sesuatu yang eksklusif. Akan halnya aku sendiri, selain merasa takjub seperti yang aku ceritakan diatas, maka aku merasakan adanya sensasi karena bisa menikmati kopi yang konon kabarnya termahal didunia. Tetapi sebagai penikmat kopi sejati tentu saja aku tetap bermaksud akan minum kopi luwak lagi. Segala sesuatu didunia ini tentu ada yang pertamanya, kemudian kedua, ketiga dan seterusnya, iya kan ?

Tips :
Minum secangkir kopi sebelum beraktifitas fisik, semisal beres2 rumah di hari libur,
akan membuat badan tidak cepat lelah.
Minum secangkir kopi sesudah aktifitas pikiran, misalnya menulis makalah,
akan mengurangi kelelahan pikiran.