Selasa, 15 Januari 2013


S E C A N G K I R   K O P I K U   S E H A R I   (Puisi Kopi 2)


Mendung semenjak pagi
Tak kurangi gairah kerja
Sebab secangkir kopi
Karib setia menghuni meja

Tampak para kawula 
Berteman teh atau kopi
Muda hingga dekat manula
Berkarya sepenuh hati

Sekitar tampak penuh ceria
Energi tak ada habisnya
Secangkir kopi hadirkan daya
Seakan letih tak bisa ada

Hari pun melangkah nyata
Hingga sore mulai teraba
Hasil karya telah tertata
Henti usai hingga esok tiba 

Begitu aku menapak hari
Bersama secangkir kopi
Di tempat kerja satu kali
Dan di rumah sekali lagi







Selasa, 08 Januari 2013

COFFEETARIA MENYAMBUT 2013

Alamaaakkk........tak terasa blog kopi milikku ini sudah beristirahat setahun (tambah sebulan) lamanya. Rasanya kok ya keterlaluan betul, istirahat kok lama-lama begitu, kalau diibaratkan manusia yaitu seperti orang yang habis menjalani operasi besar lalu diharuskan istirahat lama untuk pemulihan fisik. Sedangkan aku dan blog ku ini hanyalah mengalami cobaan kecil belaka, tapi rasanya kok seperti habis tersandung batu besar sekali, sampai harus collapse begini lama. Padahal dulu itu hanya karena beberapa kali saya dapati beberapa artikel/postingan saya dimuat orang lain tanpa menyebut sumbernya atau link blog saya ini, saya pernah berusaha meluruskannya satu kali, tapi ketika kemudian ada lagi dan ada lagi, saya jadi bosan dan patah semangat serta memutuskan berhenti sebentar. Namun ternyata yang sebentar itu jadi keterusan karena saya pun memiliki kesibukan baru saat itu, padahal kan sayang juga kalau blog yang sudah dua tahun saya geluti (dan ternyata ada juga pembacanya) ini tidak diteruskan. Nah sekarang saya berniat untuk menggelutinya kembali, semoga saja akan lancar, seperti lancarnya kegiatan ngopi saya setiap harinya.

Sampai saat ini saya masih rutin melakukan kegiatan ngopi, aktifitas sederhana (semula) yang bersifat global. Mengapa saya sebut global ? Lihat saja dimana-mana diselurug dunia warung kopi "berserakan", orang minum kopi ada dmana-mana. Orang mengkonsumsi nasi saja tidak diseluruh dunia, orang yang terbiasa makan keju sehari-hari bukan ada diseluruh dunia, mengkonsumsi minuman beralkohol sehari-hari kita tahu bukan merupakan kebiasaan yang mendunia baik karena alasan agama maupun juga budaya, begitu pula kesenangan minum soft drink masih tetap ada batasan daerah (kota, desa), usia (muda, tua), dan anda tahu tidak bahwa kebiasaan mengkonsumsi fast food yang katanya sudah mendunia tetap saja tidak akan kita jumpai sampai kepelosok daerah, bahkan kebiasaan minum susu yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan pun tidak dijumpai secara merata dikalangan penduduk.
Sekarang mari kita perhatikan kebiasaan minum kopi, dimana-mana diseluruh dunia baik di Asia, Eropa, Afrika, dari kota sampai kedesa-desa terpencil, dari daerah metropolitan sampai kedaerah-daerah kumuh, bisa dijumpai masyarakat yang terbiasa minum kopi sehari-hari. Tidak ada batasan jenis kelamin untuk mengkonsumsinya, tidak ada pula batasan agama, budaya, sosial maupun ekonomi untuk boleh menikmati kopi, bahkan hampir-hampir tidak ada batasan usia untuk boleh atau tidaknya minum kopi.
Kedai atau warung kopi, sebagai sarana minum kopi pilihan selain di rumah sendiri, banyak dijumpai dimana-mana, dari tingkat warung rakyat jelata sampai cafe-cafe kelas menengah sampai kepada coffee shop kelas elite. Begitu pula dengan peralatan dan cara yang digunakan untuk menghidangkan kopi, dari dahulukala sampai saat ini, sudah berbagai macam alat dan cara yang digunakan. Dari yang paling sederhana seperti kopi tubruk sampai kepada espresso (detil lihat ke blog kopi lain semisal "cikopi"), dari yang manual sampai kepada peralatan yang membutuhkan daya listrik lumayan tinggi.

Dengan semua kenyataan seperti yang saya sebutkan tersebut, sungguh tidak salah kalau saya katakan bahwa minum kopi adalah aktifitas yang bersifat global, aktifitas yang mendunia. Adanya istilah coffee morning, coffee break, kopi darat, dsb, juga menunjukkan "ke-dunia-an" nya kegiatan minum kopi. Saya sendiri penggemar kopi terutama kopi hitam, dan sudah 35 tahun minum kopi, tapi saya bukan dan tidak mau disebut pecandu kopi. Saya lebih suka disebut, dan memang kenyataannya, sebagai "penikmat kopi". Bagaimana dengan anda sendiri ? Nah, saya akhiri postingan ini dengan ucapan "mari menikmati kopi", sendiri, berdua pasangan ataupun bersama teman-teman.



Sabtu, 03 Desember 2011

Kenikmatan Kopi Nikmat Yang Sangat Nikmat

Saya sudah lama tidak blog walking dan tidak mem-post suatu tulisan untuk blog ini, Rancangan (draft) postingan ini sebenarnya telah saya tulis sebulan yang lalu, kemudian kesibukan yang meningkat dan beberapa penyebab lain seperti travelling dan gangguan kesehatan menghalangi saya untuk meng-edit dan mempostingnya. Judul diatas itu bisa saja ditukar dengan "Kelezatan kopi lezat yang sangat lezat", atau bisa juga menjadi "Keenakan kopi enak yang sangat enak", atau dengan ini "Kehebatan kopi hebat yang sangat hebat", atau yang lain lagi yang semacam itu. Namun saya menganggap judul yang saya gunakan lebih pas, tentu saja bagi saya, secara saya ini merasa sebagai penikmat kopi sejati (mungkin kata-kata sejati terlalu berlebihan kedengarannya)



Kopi apa yang paling anda sukai ?
Kalau ngomongin merek maka jawabannya bisa menyebut merek A, atau B, atau C, D, dan seterusnya.
Kalau maksudnya jenis maka paling-paling orang akan menyebut arabika, atau robusta, atau bisa juga campuran kedua jenis kopi tersebut.
Lain lagi jika yang dimaksudkan adalah jenis minumannya, biasanya orang akan menyebutkan kopi hitam (yang bervariasi dari yang manis, gulanya sedikit, atau bahkan tidak pakai gula) atau kopi susu. Untuk yang suka ke cafe-cafe ada pilihan menyebut yang lain seperti espresso, coffee latte, cappucino, dan lain-lain.
Apabila maksudnya adalah cara kopinya disediakan, ada orang yang suka kopi tubruk, atau direbus, atau dalam bentuk espresso, atau ada juga yang fanatik lebih menyukai kopi yang diseduh pakai french press, dripper, siphon, dan sebagainya.

































Nah bagaimana dengan cara menikmati kopi ?
Bermacam cara dapat ditempuh untuk menikmati kopi, sangat personal, tergantung dari kepribadian si penikmat kopi. Ada yang mementingkan rasa dan kualitas kopinya, seperti misalnya ada yang mensyaratkan bubuk kopinya harus tersimpan dalam wadah tertutup rapat, ada yang tidak mau mengkonsumsi kopi yang sudah tersimpan lebih dari sekian bulan, dan sebagainya. Ada yang merasa tempat dan suasana harus mendukung untuk menikmati kopi, apakah sambil mendengarkan musik santai, atau sambil nonton tivi, ada juga yang sangat suka menikmati kopi di kafe-kafe terkenal. Kemudian ada juga yang lebih menyukai waktu-waktu tertentu saja yang dianggap sesuai untuk minum kopi, misalnya pagi sebelum berangkat kerja atau sehabis mandi sore, dan lain-lain persyaratan lagi. Disamping itu tidak diragukan lagi pada sebagian besar penggemar kopi, menikmati kopi secara rutin pada waktu tertentu yang sama setiap harinya merupakan suatu kenikmatan tersendiri, baik itu dilakukan karena mengikuti kultur budaya masyarakat setempat ataupun sebagai bagian tetap dari irama kehidupannya sehari-hari.


Seperti apa menikmati kopi itu ?
Tentu saja itupun hal yang relatif, sangat personal juga. Untuk saya sendiri, ketika saya sedang sangat ingin atau membutuhkan minum kopi lalu mendapatkan secangkir kopi yang pas rasanya dilidah saya, maka saya merasa menikmati kopi. Atau ketika saya mampir kesuatu tempat entah kafe atau rumah seseorang lalu kopi yang disuguhkan sangat enak, maka bagi saya kopinya itu nikmat. Ketika saya mendapatkan jenis kopi yang sudah lama saya inginkan, kemudian menggilingnya sendiri, lalu menyeduhnya seketika itu, dan pada saat menikmatinya adalah waktu santai saya, maka bagi saya itulah yang saya sebut................Menikmati Kopi Nikmat yang Sangat Nikmat


                                                                                                                                                                                                                                            























Kamis, 06 Oktober 2011

Bandung Lautan........Kopi

Pada liburan Lebaran yang baru lalu dimana kami sekeluarga jalan-jalan sehabis berlebaran di kampung halaman, kami sempat mengunjungi kota Bandung. Meskipun bagi saya ini adalah kunjungan yang kesekian kalinya ke kota yang merupakan ibukota propinsi Jawa Barat, tetap saja begitu banyak hal mengesankan yang bisa dirasakan dari tempat ini.  Siapa yang tak kenal kota Bandung, kota besar yang berpenduduk tiga juta jiwa lebih ini terletak di dataran tinggi dan dikelilingi oleh gunung dan pegunungan sehingga menjadikan kota ini memiliki  iklim yang sejuk. Orang yang pernah mengunjungi kota ini akan mengenal banyak hal yang mengesankan, dari mulai keindahan kotanya, keramah tamahan warganya, banyakinya factory outlet (FO) dari bermacam merek, dan tentu saja yang paling mengesankan adalah wisata kuliner yang sangat memanjakan lidah kita..
Berbicara mengenai kuliner, di Bandung kita dapat dengan mudah menjumpai berbagai tempat makan, restoran dan cafe dari ujung keujung kota, dari kelas kaki lima sampai kelas bintang lima, yang menyediakan hampir semua jenis makanan terkenal lokal maupun internasiona, termasuk segala macam hidangan khas Bandung, sebut saja salah satunya yang terkenal yaitu mie kocok. Nah, sebagai penggemar kopi maka tentu saja saya tidak lupa mengunjungi salah satu tempat ngopi, pada kesempatan kali ini saya menikmati kopi di cafe "Ngopi Doeloe". Saya mengunjungi tempat ini sebetulnya tanpa pretensi apapun, melulu karena hari sudah malam saat saya tiba di Bandung dan cafe ini yang paling dekat dengan kediaman keluarga tempat saya mengiunap.






Karena cerita saya kali ini mengenai keberadaan tempat ngopi di Bandung maka saya tidak akan merinci soal menu yang saya nikmati di cafe tempat saya ngopi tersebut. Yang jelas cafe tersebut merupakan satu dari sekian banyak tempat ngopi yang bertebaran di kota Bandung, yang dalam beberapa tahun terakhir ini tumbuh dengan pesatnya di kota tersebut. Menurut catatan terakhir yang cukup dipercaya ada 114 tempat wisata kuliner yang digolongkan kedalam jenis cafe yang tentunya menghidangkan kopi dalam menunya, belum lagi warung-warung kopi kelas rayat yang juga banyak bertebaran diseantero kota Bandung. Anda yang tinggal di kota Bandung maupun yang sering mengunjungi kota ini tentu tidak asing lagi dengan ungkapan "Ngopi Heula Euy" yang mengiringi perkembangan pesat dari wisata ngopi ini, yang tersedia dari kelas warung kopi denagan harga merakyat hingga kelas hotel bintang lima dengan harga yang cukup fantastis. Dari yang hanya menyediakan kopi sebagai minuman yang dibutuhkan sampai kepada cafe-cafe kelas menengah keatas yang selain mementingkan citarasa kopi yang enak juga sangat mengutamakan tempat dengan atmosfir yang juga diperhitungkan.
Kalau anda ingin mengetahui sejak kapan sebetulnya cafe ataupun warung kopi mulai tumbuh di  Bandung,  maka menurut sumber yang cukup kompeten, Warung Kopi Purnama yang terletak dijalan Alkateri disebut sebut sebagai kedai kopi tetua di kota Bandung dan pemiliknya yang sekarang meupakan generasi ketiga, sebuah blog kuliner menyebutkan bahwa warung kopi tersebut telah ada sejak tahun 1932.
Kopi yang dipergunakan di kedai ini adalah kopi Aroma, kopi lokal yang sangat tekenal di Bandung, dimana toko sekaligus pabriknya yang terletak di jalan Banceuy telah memproduksi kopi sejak tahun 1930. Menurut cerita biji kopi yang di produksi toko Aroma ini telah disimpan cukup lama sebelum diproses yaitu 5 - 8 tahun, bayangkan ! Begitu terkenalnya kopi ini dan saya pun telah lama mendengarnya, sehingga saya sempatkan untuk mengantri di toko tersebut untuk mendapatkan 1/4 kg kopi robusta dan 1/4 kg kopi arabika merek Aroma.



Bandung memang sebuah surga untuk berwisata kuliner, artinya bagi orang-orang yang senang icip-icip tak akan puas hanya sekali dua kali berkunjung ke kota tersebut. Nah disamping itu bagi saya kota Bandung juga sangat sesuai untuk memuaskan "dahaga" para penggila kopi termasuk saya. Teman-teman saya sesama penggila kopi maupun yang berkecimpung di dunia perkopian juga banyak yang bermukim di Bandung. Halo halo Bandung, ibukota Periangan........Halo-halo Bandung kota kenang-kenangan......


Wassalam




                                                                                                                                                                     

Selasa, 20 September 2011

Perjalanan Lebaran



Dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Fitri 1432 H yang baru lalu di kampung halaman, kami sekeluarga melakukan perjalanan cukup jauh. Tanggal 26 Agustus 2011, kami (saya dan suami serta 3 orang putra-putri kami) berangkat ke Jakarta dengan pesawat sore yang karena terlambat berangkat maka tiba di Jakarta sudah liwat waktu magrib, di sini seorang putri kami yang kuliah di Jakarta bergabung. Setelah bermalam dirumah adik, sehabis sholat subuh dengan mobil (rental) kami sekeluarga (berenam) berangkat ke Jawa Tengah menuju Slawi-Tegal dan kami memilih untuk menempuh jalur utara.

Memulai perjalanan sehabis sholat subuh

Selepas jalan-jalan tol 1. Jakarta-Cikampek, 2. Palimanan - Kanci, (3. Tol Kanci - Pejagan giliran tutup) kami harus menjalani kemacetan panjang yang melelahkan, sehingga baru jam 9 malam kami tiba di rumah keluarga kami di Slawi, itu berarti kami telah berkendara selama kurang lebih 15 jam padahal jarak ini pada saat normal biasanya dapat ditempuh dalam waktu 7 - 8 jam saja. Setelah Tegal menjadi kota (dahulu disebut kotamadya) maka Slawi menjadi ibukota Kabupaten Tegal. Bagi orang-orang yang gemar wisata kuliner akan mengenal/mengingat Tegal sebagai kota "Teh" dan "Sate Kambing". Warung teh dan sate kambing banyak dijumpai sepanjang jalan di Kota dan Kabupaten Tegal, teh dihidangkan dengan poci tanah liat dan sate kambingnya dibakar setengah matang dan dihidangkan dengan saus kecap.
 
Matahari pagi 1 Syawal 1432
Desaku yang permai terletak dikaki g Slamet
Di Slawi kami tinggal  empat hari, mengalami sahur dua kali serta lebaran hari pertama dan kedua. Setelah mengunjungi sanak keluarga kami di Tegal dan sekitarnya, pada tanggal 31 Agustus sore hari jam 5 sore kami melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta melalui Purwokerto dan Kebumen (jalur selatan). Kami tiba dirumah adik di Sleman jam 2 malam, berarti kami telah menempuh perjalanan selama 9 jam padahal jarak ini pada keadaan normal biasanya ditempuh dalam waktu 5 jam.
Saat-saat libur lebaran rupanya Yogyakarta dipadati pengunjung yang sangat luar biasa, baik masyarakat yang pulang kampung, maupun yang mengunjungi keluarganya seperti saya misalnya, ataupun orang-orang yang tinggal dekat Yogya bahkan yang cukup jauh dari Yogya yang memang ingin memanfaatkan libur lebaran dengan mengunjungi kota gudeg ini. Semua tempat wisata dan hiburan penuh sesak, berjalan di Malioboro yang merupakan ikon kota ini dilakukan dengan beringsut-ingsut. Untuk makan pun kami harus sabar menunggu pesanan datang hingga 1 jam lamanya, bahkan kami sampai gagal ingin menikmati bakmi Jawa di malam hari karena ketika  mencoba di lokasi pertama kami diminta untuk menunggu selama dua jam, kemudian di lokasi berikutnya ternyata kami diminta menunggu untuk waktu yang sama. Wah, luar biasa. Di tengah kepadatan semua jalur tujuan wisata, kami menyempatkan untuk mnikmati wisata malam hari di alun-alun, lokasi inipun jauh lebih ramai daripada saat liburan akhir pekan yang biasanya memang ramai.  mengunjungi "Wisata Merapi", yaitu melihat secara langsung daerah-daerah yang terlanda bencana letusan gunung Merapi tahun 2010.

Sisa-sisa kerusakaan akibat letusan Merapi

Sisa-sisa dusun Kinahrejo

Disana-sini mulai menghijau
Melepaskan lelah sambil menikmati wedang ronde
Salah satu bagian yang mulai menghijau kembal
Tak lupa kami juga menikmati wisata malam hari di alun-alun, lokasi inipun jauh lebih ramai daripada saat liburan akhir pekan yang biasanya memang ramai. Selain Malioboro, alun-alun juga merupakan salah satu "tujuan wajib" yang biasanya dikunjungi orang yang berwisata ke Yogyakarta. Beberapa tahun terakhir ini, alun-alun di malam hari memang semakin ramai dengan adanya tambahan hiburan lain yang bisa dinikmati seperti sepeda tandem dan sebagainya.











                                                                                                                                                                
Tanggal 3 September kami kembali ke Jakarta melalui Magelang terus Weleri untu selanjutnya menyusuri jalur utara. Sepanjang perjalanan Yogya ke Weleri kami banyak melalui pemandangan indah, hamparan sawah di kaki gunung Merapi, kemudian ada hamparan kebun tembakau di kaki gunung Sumbing dan Sundoro, wah cantiknya.

Hamparan sawah di Muntilan


Areal tembakau di kaki g Sundoro

Menyusuri jalur utara kami sengaja berhenti sejenak sebelum melalui Tegal di SPBU yang masuk rekor MURI karena memiliki 67 kamar kecil (sekarang sudah bertambah karena tertulis 67 +40). SPBU ini menyediakan arena parkir yang luas, musholla, ruang menyusui, lemari cas handphone, ruangan istirahat ber ac dengan sewa hanya Rp.30.000/8jam yang biasanya dimanfaatkan oleh penumpang/pengendara mobil jarak jauh semisal Surabaya - Jakarta untuk istirahat/tidur agar bisa kembali segar untuk melanjutkan perjalanan jauh nya. Ditempat ini kami sholat, mencas hp dan saya tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk....apalagi kalau bukan....ngopi.

Ngopi di SPBU MURI-Tegal
Mejelang senja di Indramayu
Selepas kota Tegal mulailah kami dihadang kemacetan (kecuali di tol Kanci) yang mencapai puncaknya sejak masih di daerah Indramayu sampai ke pintu tol Cikampek, karena terlalu letih dan pengemudinya mulai teler kami sempat beristirahat di salah satu rest area yang tanpa kami sadari ternyata sudah dekat dengan pintu tol tempat kami keluar (Tangerang). Total jarak Yogya - Jakarta/Tangerang yang dalam keadaan normal dapat ditempuh kurang lebih sekitar 12 jam maksimal, kali ini kami tempuh dalam waktu 22 jam. Setelah beristirahat sehari di rumah Jakarta, kami menyempatkan untuk jalan-jalan ke Bandung, yang akan saya tuliskan pada postingan selanjutnya.


Wassalam