Jumat, 31 Desember 2010

Tentang Ekspor Kopi Indonesia

EKSPOR KOPI INDONESIA
Kalau kita baca sejarah kopi, kita tahu bahwa kopi Indonesia telah diekspor sejak jaman Hindia Belanda. Sampai saat inipun kopi masih merupakan komoditi ekspor yang penting bagi Indonesia, termasuk 10 besar komoditi ekspor utama walaupun tahun 2010 ini ekspornya merosot dibandingkan tahun lalu. Dari beberapa sumber diketahui bahwa ekspor kopi Indonesia menurut jenisnya terdiri dari 85%  robusta dan 15% arabika. Patut disayangkan bahwa ekspor kopi kwalitas rendah makin lama makin meningkat dimana pada tahun 2010 jumlahnya mencapai 35% dari seluruh ekspor kopi, padahal pada tahun 1995 jumlah ekspor kopi kwalitas rendah hanya 14%. Lampung menguasai sekitar 70% - 85% dari seluruh ekspor kopi Indonesia, dimana ekspor kopi dari Lampung ini berasal dari Bengkulu, Sumatera Selatan dan dari Lampung sendiri.
Adapun ekspor kopi Indonesia pada tahun 2009/2010 volumenya mencapai 350.000 ton dengan nilai sebesar US $.705,5 juta. Dibandingkan tahun 2008/2009 dimana volumenya mencapai 401.000 ton dengan nilai sebesar US $.722 juta, maka disebutkan bahwa kinerja ekspor kopi Indonesia mengalami penurunan sebesar 12,7%, namun demikian nilai ekspornya meningkat 3%. Hal ini disebabkan harga kopi dunia meningkat sampai 40%, yang disebabkan meningkatnya permintaan ditengah berkurangnya pasokan. Musim dingin yang ekstrim dan badai salju yang dialami banyak negara di Eropa telah menaikkan konsumsi kopi dan telah ikut meningkatkan permintaan kopi, dan curah hujan tinggi ditengah ketidak pastian cuaca yang dialami banyak negara penghasil kopi telah menyebabkan berkurangnya pasokan kopi.

TATA CARA EKSPOR KOPI
Sejak tahun 2001 kebijakan reformasi yang dilakukan ICO (International Coffee Organization) diantaranya adalah menghapus sistem kuota dalam perdangangan kopi dunia. Dengan tidak diterapkannya sistem kuota maka para eksportir dibebaskan dari pembatasan jumlah kopi yang dapat di ekspor. Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK) dapat dikeluarkan langsung oleh Dinas yang bertanggung jawab  di bidang Perdagangan di Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan jumlah permintaan eksportir yang bersangkutan.
Berdasarkan perubahan tersebut, Pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.588/MPP/Kep/12/1998 tanggal 4 Desember 1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan No.01/M-DAG /PER/1/2007 tanggal 22 Januari 2007 dan Peraturan Menteri Perdagangan No.27/M-DAG/PER/7/2008 tanggal 18 Juli 2008 tentang Ketentuan Ekspor Kopi guna mengatur tata niaga ekspor kopi.
Kopi yang diatur ekspornya adalah yang termasuk pos tarif / HS. 09.01 dan 21.01 yang hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah diakui sebagai Eksportir Terdaftar Kopi (ET-Kopi) oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan.
Untuk diakui sebagai ET-Kopi, Perusahaan harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Surat Izin Usaha dari Departemen Teknis/Lembaga Pemerintahan Non Departemen, Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan mendapatkan Rekomendasi dari Dinas yang bertanggung jawab dibidang Perdagangan di Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditunjuk sebagai penerbit SPEK.
Pengakuan sebagai ET-Kopi berlaku selama perusahaan yang bersangkutan melaksanakan kegiatan usahanya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ET-Kopi  tidak melaksanakan kegiatan ekspor kopi selama 1(satu) tahun terakhir maka pengakuan sebagai ET-Kopi dinyatakan tidak berlaku..
Ekspor kopi hanya dapat dilaksanakan apabila dilengkapi SPEK dan kopi yang diekspor wajib sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan Menteri Perdagangan..
Dalam tata cara pelaksanaan, perusahaan eksportir harus mengajukan permohonan secara tertulis untuk memperoleh penerbitan SPEK kepada Kepala Dinas yang bertanggung jawab di Bidang Perdagangan di Provinsi/Kabupaten/Kota dengan melampirkan Foto kopi pengakuan sebagai ET-Kopi dan Foto kopi bukti pembayaran iuran kepada Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) dengan menunjukkan bukti asli.
SPEK diterbitkan selambat-lambatnya dalam waktu 3 hariterhitung sejak diterimanya permohonan penerbitan SPEK secara lengkap dan benar, dan hanya berlaku selama 30 hari sejak diterbitkan dan hanya dapat diperpanjang 1 kali.Masa berlaku SPEK sampai dengan akhir tahun kopi atau sampai tanggal 30 September, dan tidak dapat diperpanjang lagi.SPEK dapat digunakan untuk pengapalan dari seluruh pelabuhan Indonesia.
Eksportir harus melampirkan Surat Keterangan Asal (SKA) form ICO yang dikeluarkan oleh Dinas yang bertanggung jawab di bidang perdagangan di Provinsi/Kabupaten/Kota dan instansi yang ditunjuk oleh Direktu Jenderal Perdagangan Luar Negeri dalam penerbitan SKA form ICO.
Eksportir kopi yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dan persyaratan ekspor kopi dikenakan sanksi berupa pembekuan atau pencabutan pengakuan sebagai Eksportir Terdaftar Kopi (ET-Kopi).
Silahkan mengekspor kopi.

Tips:
          http://www.bps.go.id
          http://www.kontan.co.id 
          http://en.wikipedia.org

Selamat Tahun Baru 2011
Wassalam


Kamis, 30 Desember 2010

Bukan pemerhati kopi

Beberapa kali, sering malah, aku minum kopi di suatu warung kopi atau tempat makan lalu kopinya terasa enak namun waktu ditanya si empunya warung nggak tahu jenis kopi yang dihidangkannya. Sebagai penikmat dan pemerhati kopi aku menyayangkan hal tersebut, namun aku juga menyadari sih tentunya nggak semua orang orientasinya akan kopi sama walaupun sering berurusan dengan kopi. Misalnya begini, orang2 yang mengusahakan warung kopi banyak yang orientasinya hanyalah bagaimana agar warung kopinya ramai dan keuntungannya lumayan. Maka mereka akan berusaha agar kopi yang dihidangkannya digemari pengunjungnya serta dimana dia harus mendapatkan suplai bubuk kopi enak yang harganya cocok untuk mendapatkan keuntungan yang memadai, tanpa merasa perlu mengetahui jenis dan kualitas kopi tersebut,yang penting kopinya laku. Atau banyak juga yang menyediakan kopi enak di warung makannya dimaksudkan sebagai pemancing agar orang berkunjung dan makan di warungnya, atau memang mereka berusaha semua hidangan diwarungnya enak, sehingga merasa tidak perlu tahu detil kopi yang dihidangkannya karena motivasi sebenarnya adalah agar omzet warung makannya besar dan memberikan keuntungan lumayan. Selain yang aku sebutkan diatas tentu ada lagi sebab2 orang tidak tahu atau merasa tidak perlu tahu akan jenis2 kopi meskipun sehari-hari bergaul dengan kopi. Contoh paling sederhana yang ada dilingkunan kita adalah pembantu rumah tangga yang sangat pandai membuat kopi tapi kalau ditanya apa jenis kopinya, dia hanya bisa menyebutkan merk atau malah hanya menyebutkan dimana majikannya membeli kopi tersebut. Berikut ini adalah salah satu rangkaian dari beberapa pengalamanku sehubungan hal tersebut.
Baru saja aku mencoba mengunjungi tempt makan semacam kafetaria yang belum begitu lama dibuka, selain makanan utama kami juga memesan minuman. Karena si empunya kafe menamai warungnya sebagai warung kopi, maka aku memesan kopi aceh yang memang ada dalam daftar menunya. Waktu menikmati kopinya aku merasa kopinya memang enak, sepertinya sedapnya kopi arabika yang dicampur sedikit robusta. Seketika aku ingin tahu apakah kopinya itu kopi Gayo atau bukan, jadi aku bertanya apa jenis kopinya, ternyata baik pelayannya maupun si empunya kafe tidak tahu persis jenis kopinya bahkan balik bertanya apa itu kopi Gayo. Nah, kok kafe yang menyebut dirinya warung kopi dan mulai terkenal ini tidak tahu jenis kopi yang dihidangkannya ? Aku jadi teringat pengalamanku yang lain yang bagiku juga mengherankan.
Beberapa bulan yang lalu dalam kunjungan dinas ke Surabaya, aku sempat minum kopi di salah satu pojokan  di pinggir jalan yang berada ditepi rel kereta api, mendengar posisinya tentu anda juga tahu bahwa ini warung kelas rakyat jelata --nggak perlulah aku cerita kenapa sampai ke warung itu--. Kopinya ternyata sungguh enak, mantabnya robusta sepertinya, untuk memastikannya sambil ngobrol aku tanyakan kepada si pemilik warung yang juga merangkap membuat dan menghidangkan kopi tersebut. Wah, boro2 dia tahu robusta atau bukan, dia malah tidak tahu bahwa ada jenis kopi robusta dan arabika, dia juga tidak tahu pasti asal kopinya dari mana karena ada pedagang yang selalu mensuplai kopinya yang tanpa merk. Nah, bagaimana sih ini ?
Mengenang pengalaman di warung kopi di pinggir rel kereta apiSurabaya itu --dan di banyak warung sejenis-- dan membandingkannya dengan kejadian di kafe yang baru saja kualamiaku --dan di banyak kafe sejenis itu-- membuatku makin yakin bahwa memang benar yang sering kupikirkan mengenai banyak orang yang walaupun kesehariannya berhubungan dengan kopi belum tentu mengetahui seluk beluk kopi. Apakah orang itu terpelajar atau tidak, pejabat atau bukan, kaya atau miskin, kaum elit atau kebanyakan, bisa karena mereka tidak ingin tahu atau merasa tidak perlu tahu atau bahkan tidak begitu perduli, sepertinya bagi mereka seluk beluk kopi tak lebih dari sesuatu yang "emang gue pikirin". Mau gimana lagi ya, sebetulnya sederhana saja, mereka memang bukan penikmat kopi dan juga bukan pemerhati kopi. Intinya, banyak orang yang sehari-hari bergaul dengan kopi tapi tidak tahu ataupun tidak perduli seluk beluk kopi, bagiku merupakan keanehan, sesuatu yang "emang kok gue pikirin". 


Wassalam.

Senin, 27 Desember 2010

Di dalam secangkir kopi

Pernahkah kita memikirkan apa yang terkandung dalam secangkir kopi ? Mari kita memikirkannya bersama.
Pertama-tama tentunya ada sekitar 7 - 9 gram bubuk kopi ditambah kira2 10 - 12 gram gula yang terlarut dalam kurang lebih 150 ml air bersuhu antara 90 - 100 C, itu semua bernilai Rp.3.000 - Rp.9.000 untuk kelas warung kopi rakyat. Untuk soal harga ini kopi di cafe2 kelas menengah, kelas atas atau bahkan cafe super mewah,  secangkir kopi hitam berkisar antara Rp.10.000 - Rp. 100.000 tergantung kualitas dan jenis kopi serta kelas cafenya. Kemudian didalam secangkir kopi tersebut terkandung 100 - 150 mg cafein, yang lazimnya dapat membangkitkan semangat peminumnya namun patut diwaspadai akibatnya bagi para penderita tekanan darah tinggi, jantung ataupun penderita maag. Apakah hanya itu yang dikandung dalam secangkir kopi ? Itu tadi baru yang mewujud, nyata, masih banyak lagi yang tidak nyata namun dapat dirasakan dengan jelas.
Bagi para penikmat kopi, ketika menikmati kopi yang enak akan timbul rasa nyaman, bila suasananya mendukung akan bertambah dengan datangnya rasa santai bahkan hilangnya atau berkurangnya stres. Bila anda seorang workaholic (pecandu kerja), dapat menambah semangat kerja, menyegarkan pikiran, menahan kantuk, bahkan membuka ide-ide yang mungkin lebih baik. Bila disuguhkan pada tamu yang suka kopi, maka tamu anda akan merasa lebih welcome, suasana jadi lebih santai dan obrolan menjadi makin asik. Bila anda hobi membaca, secangkir kopi bisa menambah jumlah halaman yang dibaca. Bahkan bila anda hobi nge-blog, ditemani secangkir kopi maka nge-blog jadi makin asik --kalau nggak percaya silahkan para blogger coba sendiri--, postingan jadi lebih mantap. Masih ada lagi ?
Jangan lupa, kalau kita lagi sedih, cobalah untuk bikin kopi lalu duduk santai dan nikmati kopi tersebut selagi panas sambil menghirup aromanya, niscaya kita akan lupa sejenak pada kesedihan dan kemudian kita rasakan bahwa kesedihan kita sudah berkurang. Bahkan kalau kita sedang bergembira sekalipun, secangkir kopi membuat kita lebih santai dan nyaman lalu kegembiraan kita lebih mendalam rasanya. Kalau kita sedang mendengarkan seseorang yang lagi curhat kepada kita, sambil minum kopi dapat membuat jernih pikiran kita sehingga kita lebih bisa bersimpati dan menghibur orang tersebut dengan kata2 yang lebih tepat.
Apakah anda akan berpilir bahwa aku terlalu mengada-ada mengungkapkan begitu banyak yang dikandung dalam secangkir kopi ? Jangan, karena kalau anda berpikir begitu maka anda akan meremehkan kopi dan tidak akan berusaha menikmati kopi. Nah, anda jadi rugi sendiri karena akan semakin tidak tahu kebenaran dari kenyataan-kenyataan yang ada dalam secangkir kopi seperti yang aku uraikan diatas. Lebih baik mulai mencoba menikmati kopi dan mulai belajar menyadari akan begitu banyaknya yang dikandung dalam secangkir kopi, baik yang terlihat maupun yang tak terlihat, baik yang dapat dihitung maupun yang hanya dapat dirasakan, baik yang ilmiah maupun yang separuh ilmiah, baik yang obyektif maupun yang subyektif. Oh kopi......

Tips :
Jika anda menggunakan cofeemaker dirumah maka aroma tambahan
yang anda inginkan, misalnya selembar daun jeruk atau sepotong
kayumanis ataupun sebutir cardamon atau rempah lainnya, dapat anda
masukkan didalam tabung pemanas airnya. Sulingan air yang
jatuh mengenai bubuk kopi akan mengandung rasa dan aroma rempah
tersebut dan membuat kopi anda terasa lebih nikmat, asalkan anda
memang menyukai aroma tersebut. Cukup sedikit saja menambahkan rempah,
karena minyak atsiri yang dihasilkan rempah tersebut jika terlalu banyak
akan menyebabkan kopi jadi terasa agak getir.
Selamat bersantai sambil menikmati kopi rempah yang sedap.

Wassalam

Kamis, 16 Desember 2010

Coffee is a life style ?

Minum kopi memang bisa dimana saja dan kapan saja, tapi menikmati kopi adalah sesuatu yang lain lagi atau bisa dikatakan beda dari minum kopi biasa. Kalau kita punya kebiasaan minum kopi tiap pagi sebelum ke kantor, rutinitas tersebut sebenarnya merupakan aktifitas minum kopi. Contoh yang lain adalah kalau minuman kopi dihidangkan pada suatu acara rapat atau pertemuan, kegiatan tersebut juga bagi saya merupakan minum kopi --kecuali kalo pertemuannya dilakukan di hotel b 5 dimana kopinya biasanya mantab enaknya-- begitu pula kalau kita sedang bertamu dengan suasana kurang santai lalu siempunya rumah menghidangkan kopi ala kadarnya, itupun bagi saya minum kopi namanya. Lalu seperti apa sih yang namanya menikmati kopi ?
Kita sering mendengar ungkapan bijak mengenai kopi, Coffee is a life style atau Coffee ia a culture ataupun kata2 lain yang mengungkapkan keistimewaan kopi dalam kehidupan kita. Nah, ungkapan2 seperti itu muaranya adalah bagaimana kopi bisa menjadi begitu nikmat untuk diminum, bagaimana minum kopi bisa menjadi menikmati kopi. Banyak cara tersedia untuk menikmati kopi, ingin secara merakyat, menengah, high class atau bahkan super high class sekalipun, tersedia. Salah satu gerai kopi terkenal memang membedakan kelas2 coffeeshop nya, karena segmen pasar yang mau dibidik memang berbeda-beda. Jangan lupa, menikmati kopi juga bisa dilakukan dirumah --sangat bisa--, baik di rumah sendiri, rumah orang tua ataupun nenek kita, bahkan di rumah mertua juga bisa (ya iyalah, anaknya kan teman hidup kita). Luangkan waktu yang tepat 1 - 2 jam, seduhlah kopi dengan cara yang benar --mau pake coffeemaker atau frenchpress atau drip ataupun kopi tubruk terserah selera anda, yang penting dari biji/bubuk kopi yang berkualitas--, carilah sudut rumah atau bagian rumah yang paling disukai dan tempatkan tubuh kita dengan posisi yang nyaman, dan nikmatilah kopi anda, nikmatilah "me time" anda.
Akan halnya saya sendiri, saya memang sering mengunjungi tempat2 tertentu, beberapa diantaranya coffeeshop terkenal untuk menikmati kopi. Namun sebagai seorang penikmat kopi, berbagai macam cara juga bisa saya dapatkan untuk menikmati kopi dirumah. Selain cara yang saya sebutkan diatas, saya bahkan bisa menikmati kopi (bukan sekedar minum kopi) di antara kegiatan saya didapur, sambil nonton tv ataupun sambil nge-blog, kadang2 pake coffeemaker tapi seringnya tubruk, yang penting kopinya enak dan mantap, dan  kegiatan yang saya kerjakan saya sukai. Intinya, mari kita jadikan kegiatan minum kopi menjadi menikmati kopi. Sepert ungkapan "Coffee is a life style".


Wassalam


Rabu, 08 Desember 2010

Menikmati "Kopi Lanang"

Beberapa waktu yang lalu dalam salah satu kunjunganku ke Jakarta untuk urusan keluarga, aku sempat ngobrol2 mengenai kopi dengan teman keponakanku yang bekerja sebagai salah satu barista di kafe Excelso. Salah satu yang diceritakannya adalah bahwa di gerai kopi tempatnya bekerja menyediakan "kopi lanang", yaitu kopi yang dihasilkan dari buah kopi yang berbiji tunggal, sementara buah kopi lazimnya berbiji ganda. Mendengar hal ini, sebagai penikmat kopi tentu saja "berdiri" telingaku, dan langsung berniat aku akan mencobanya pada kesempatan mendatang.
Nah, minggu lalu ketika sedang dinas di Jakarta, ditemani adikku aku menyempatkan diri mencoba menikmati kopi lanang tersebut di salah satu gerai Excelso yang ada di UI-Salemba. Gerai tersebut merupakan Excelso express, jenis gerai dengan sistem take away atau drive through, diatas itu Excelso memiliki dua tingkatan gerai  lagi. Pada kesempatan tersebut selain kopi lanang yang mereka beri nama Amazing Toraja, adikku memilih Iced Cappucino Caramel, dan kami juga ditemani nyamikannya Excelso Sampler. Rasa kopi lanang ini ya mirip seperti arabika-arabika lainnya, kenikmatan yang mantap dan lembut, secara khas mendekati rasa kopi Kalosi Toraja tetapi kurang rasa asamnya. Berikut ini adalah kisah sesudah mencicipi yang namanya kopi lanang tersebut.
Sekembalinya dari cafe tersebut seharian kami melakukan perjalanan panjang dan melelahkan karena menyinggahi beberapa tempat dan gonta-ganti kendaraan serta kemacetan lalu lintas yang luar biasa, sampai akhirnya kami baru tiba di rumah kakakku jam 10 malam. Adikku betul-betul kelelahan rupanya sehingga langsung terkapar tertidur, sementara aku merasa hanya sedikit lelah, lelah yang biasa aja seperti yang biasanya kualami sepulang kantor, artinya tidak sangat lelah. Nah, aku jadi berpikir, kenapa adikku sangat lelah sedangkan aku hanya sedikit lelah, padahal kalo di-pikir2 aku kan jauh lebih tua (kami terpaut usia 9 tahun). Apakah ini efek dari kopi lanang tadi ? Bisa iya, bisa tidak. Mungkin bener, mungkin cuma kebetulan. Karena ini pengalaman yang subyektif sifatnya, sementara ini aku juga belum punya referensi ilmiah mengenai kopi lanang ini, maka silahkan anda mencobanya sendiri, supaya nggak penasaran.

Tips :
Kalau anda menggunakan Coffeemaker dirumah, untuk mendapatkan rasa
yang pas sebaiknya gunakan bubuk kopi sejumlah dua kali lipat dibanding
untuk membuat kopi tubruk biasa.

Wassalam.

Jumat, 03 Desember 2010

Luwak.....oh Luwak

Baru2 ini aku nglirik salah satu blog mengenai kopi dari Amrik sana, pure coffee blog, si empunya blog dalam salah satu postingannya menceritakan pengalamannya minum kopi luwak. Pada intinya disitu dia menceritakan bahwa rasa kopi luwak tidaklah sebanding dengan harganya, sehingga pada akhir postingannya si Bill ini menyimpulkannya dengan kata2 "my first interaction with kopi luwak proved not as great as I had hoped".
Membaca postingan tersebut mengingatkan pengalamanku sendiri ketika mencoba kopi luwak di salah satu gerai kopi yang menyediakan kopi luwak. Walaupun aku dari dulu penasaran ingin mencoba kopi luwak namun kesempatan tersebut sebetulnya datang secara kebetulan, ketika aku bersama seorang sahabat --halo Purna, kapan kita minum2 kopi lagi di bandara-- sedang berada di bandara menunggu penerbangan Semarang-Jakarta. Pada waktu itu aku melihat gerai kopi yang menyediakan kopi luwak tersebut, dan karena masih ada waktu lebih dari 1 jam menjelang keberangkatan, maka aku memutuskan untuk menunggunya sambil menikmati kopi luwak. Temanku itu bukan penggemar ataupun penikmat kopi, sehingga walaupun dia orang yang secara ekonomi sangat mapan --maaf Pur, aku kok jadi nyeritain kamu ya-- merasa heran juga dengan harga fantastis kopi tersebut, dan lebih heran lagi karena aku kok bersedia merogoh kocek sebesar itu "hanya" untuk secangkir kopi, akhirnya kami memutuskan minumnya satu berdua, karena dia toh tidak terlalu ingin minum kopi seperti aku.  Beberapa saat setelah kami  mencicipi kopi luwak tersebut, temanku itu bertanya "gimana rasanya, apakah ini memang sangat enak ?" Aku jawab bahwa ini memang kopi enak. Sebenarnya yang aku rasakan adalah kopi tersebut memang enak, sedap, tetapi ya enak saja, bukan "jauh lebih enak" dari kopi2 yang lain, bukan. Bener deh, setidaknya bagiku. Aku tuh merasa "takjub" karena tidak menemukan "sesuatu yang sangat berbeda" dalam ke-enak-annya, secara harganya yang mencengangkan itu.
Kita semua tahu bahwa "rasa enak itu relatif", namun rupanya memang ada rasa enak yang yang bisa di "mark up" karena ke-eksklusif-annya, harganya, dan tentu saja juga prestise karena bisa merasakan sesuatu yang eksklusif. Akan halnya aku sendiri, selain merasa takjub seperti yang aku ceritakan diatas, maka aku merasakan adanya sensasi karena bisa menikmati kopi yang konon kabarnya termahal didunia. Tetapi sebagai penikmat kopi sejati tentu saja aku tetap bermaksud akan minum kopi luwak lagi. Segala sesuatu didunia ini tentu ada yang pertamanya, kemudian kedua, ketiga dan seterusnya, iya kan ?

Tips :
Minum secangkir kopi sebelum beraktifitas fisik, semisal beres2 rumah di hari libur,
akan membuat badan tidak cepat lelah.
Minum secangkir kopi sesudah aktifitas pikiran, misalnya menulis makalah,
akan mengurangi kelelahan pikiran.

Kamis, 25 November 2010

Ngopi nikmat di tempat enak

Beberapa hari yang lalu kebetulan aku ke Jakarta dan aku sempatkan untuk mengunjungi sebuah gerai kopi di bilangan Jaksel tepatnya di jalan Senopati no 35 yaitu "Anomali Coffee". Aku mendengar mengenai warung kopi eksklusif ini pertama kali tahun 2007, kemudian 2 kali lagi sesudah itu aku membaca perihal coffee shop itu. Sebetulnya sudah sejak beberapa waktu yang lalu aku ingin mencicipi kopi di kedai itu namun baru minggu lalu aku bisa mengunjunginya, itupun karena aku niatkan betul sejak berangkat dari kota asalku. Aku naik pesawat subuh, sampai di Jakarta kuurus kepentinganku, sesudah dhuhur aku bertiga dengan adik2ku langsung tancap gas berangkat, kalau nggak pakai jurus "niat dan nekad" mungkin sampai saat ini belum juga aku bisa mengunjunginya.
Kafe Anomali Coffee ini terletak di tempat yang cukup strategis --setidaknya menurut ukuranku yang orang daerah-- sehingga aku lihat tidak pernah sepi pengunjung. Tempatnya mengesankan suasana yang santai dan kekeluargaan, nggak borju, aku suka ini karena beberapa gerai kopi eksklusif kadang2 memberikan kesan dan suasana borju. Kedua adikku memesan creme brulee latte hot dan iced, aku sebagai penikmat kopi tentu saja kopi hitam yang kupesan, dan aku memilih single Java Estate Coffee. Sebagai nyamikannya kami memilih calamari, onion ring, dan fried banana sweet honey. Kurang lebih 1 1/2 jam kami disana mencicipi kopi dan snack sambil ngobrol ngalor ngidul, sebelum pulang aku membeli biji kopi yang kemudian di grind disitu, aku memilih jenis kopi Mandailing.
Kesan yang aku dapatkan adalah kopinya memang enak dengan aroma dan kekentalan yang pas, tentunya ini paduan antara kualitas biji kopi yang baik, teknik penyajian yang tepat serta suasana yang mendukung. Selain itu ada juga saran yang ingin kukemukakan, pertama : kursus barista nya apa nggak bisa disingkat lagi waktu dan biayanya (waktu dan danaku terbatas), kedua : kenapa ukuran biji kopi yang dijual 200 gram, kalau 100 gram kan aku bisa beli 2 macam atau lebih. Saran ini mungkin karena aku termasuk orang yang tidak berlebihan dana, tetapi bukankah sebaiknya para penikmat kopi yang kemampuannya terbatas paling tidak bisa membeli biji kopi bagus di Anomali Coffee, jadi "kopi asli Indonesia" itu bisa merakyat dikalangan rakyat penikmat kopi. Aku ingat dulu orang tuaku begitu memperhatikan kualitas kopi yang dikonsumsinya sehingga selalu membeli kopi di toko khusus menjual biji kopi dan bisa di grind disitu, dan beliau selalu memilih yang kualitas satu.
Ayo Anomali Coffee, silahkan anda juga membuka toko yang hanya menjual (tidak merangkap kafe) biji2 kopi pilihan, sehingga para penikmat kopi yang duitnya cekak juga bisa setiap saat minum kopi berkualitas --bikin sendiri dirumah dari biji kopi yang dibeli dan di grind di toko anda--.
Last but not least "Silahkan anda para penikmat kopi mengunjungi tempat ini karena aku sendiri ingin kembali di lain waktu".

Minggu, 21 November 2010

Minum kopi yuk........di Pontianak

Ketika aku membaca halaman depan koran Kompas tgl 20 November 2010, mataku tertumbuk kepada judul "Warung Kopi Pontianak, Etalase Sosial Kalbar". Langsung aja aku tertarik membacanya karena mataku emang jadi "ijo" kalau liat artikel ataupau bacaan mengenai kopi. Artikel tersebut menceritakan bahwa kebiasaan minum kopi di warung se-olah2 sudah menjadi gaya hidup masyarakat di Pontianak, walaupun katanya kebiaasaan minum kopi di daerah itu mulai marak awal tahun 2000-an. Diceritakan juga disitu bahwa begitu terbiasanya masyarakat disana dengan kebiasaan minum kopi diwarung, sehingga banyak hal2 penting dimulai ataupun dapat diselesaikan di warung kopi, semisal keputusan-keputusan bisnis ataupun perbincangan politik.
Aku juga tertarik pada kebiasaan dan cara menyediakan minuman kopi disana, disebutkan bahwa masyarakat disana terbiasa minum kopi yang disaring ampasnya baik kopi hitam maupun kopi susu atau kopi krim. Nah, aku berpikir dari manakah asalnya kebiasaan mereka menyukai kopi saring, karena, walaupun hal itu hanyalah soal selera namun orang Indonenesia secara tradisional menyukai dan terbiasa minum kopi tubruk --yang biasanya tidak disaring ampasnya--, tentu saja maksudku bukan minum kopi ala kafe modern
Dalam beberapa kali kesempatanku mengunjungi beberapa kota atau daerah aku selalu berusaha menikmati kopi di warung kopi didaerah tersebut --beberapa kota di Sumatra dan Jawa--, dan yang kujumpai selalu kopi tubruk tradional (tidak disaring), sama seperti cara menyeduh kopi di daerah tempat aku bermukim. Aku juga beberapa kali membaca artikel mengenai kopi dan antara lain disebutkan bahwa kopi tubruk adalah khas Indonesia, berdasarkan pengalamanku minum kopi di beberapa daerah tersebut diatas aku sangat setuju dengan pendapat tersebut. Oleh karena itu membaca bahwa di Pontianak sana kebiasaan minum kopi --yang katanya sudah membudaya-- adalah dengan disaring, langsung aja aku kepingin mengunjungi kota itu untuk menikmati kopi di warung-warung kopi yang konon bertebaran di-mana2 dan dikatakan sudah merupakan "etalase sosial" Kalimantan Barat. Aku berharap sekali mudah2an sebelum pensiun sempat diberi tugas ke Pontianak.

Tips :
Kalau anda minum kopi dengan maksud agar lebih lama terjaga,
maka sebaiknya minumlah kopi sebelum kantuk datang, kurang lebih
ketika mulai merasa agak jenuhatau mulai pecah konsentrasi anda pada
tugas yang dihadapi. Kalau minum kopi pada saat mata sudah berat
maka efek yang anda inginkan kurang memuaskan.
Wassalam

Sabtu, 13 November 2010

HERE I AM

Sambil nonton kualifikasi F1 --yang dapat grid terdepan akhirnya Sebastian Vettel-- aku buka lagi untuk yang ketiga kalinya Layout Guide di Blogger Help, tapi tetep aja aku masih ragu-ragu mau ngedit tampilan blog ku. Soale aku masih mikir, apakah tampilan blog yang lebih atraktif akan membuat orang jadi lebih berminat baca postinganku, apakah blog ku jadi akan sering dikunjungi orang.
Sebenernya aku termasuk orang yang terlambat datang ke dunia maya, mulai email-emailan baru 5 tahun yang lalu, sampai sekarang belum kebawa arus fesbukan ataupun twiteran --takut kecanduan kaya kebanyakan orang yang aku lihat-- meskipun udah dianjurkan oleh anak2ku dan kerabat2ku. Tapi aku ingin sekali menulis-nulis sesuatu yang bukan urusan kantor dan sebenernya udah lama aku ingin mewujudkan keinginanku menulis --kalau bilang mau jadi penulis kan udah kasip ya-- dan karena aku seorang penikmat kopi maka yang terutama ingin aku tuliskan adalah kisah-kisah seputar minum kopi. Beberapa orang menyarankan nulis aja di blog, nah akhirnya di usia menjelang senja inilah aku masuk kedunia blogger, tentu saja blogger amatiran jadinya.
Aku tidak muda lagi dan aku juga pada dasarnya penggemar segala sesuatu yang klasik, makanya aku masih mikir-mikir mau diedit jadi yang seperti apa blog ku ini, apakah perlu agak bling-bling supaya orang mau datang lagi. Kalau habis visit ke blog-blog lain, aku sadar banget bahwa tampilan blog ku terlalu sederhana. Walaupun begitu, wahai teman-temanku, kerabat-kerabatku, sahabat-sahabatku, blogger sejati maupun blogger amatiran, yang udah "old crack" maupun yang "new comer", MARI MINUM KOPI di COFFEETARIA ku.

Tips :
Kopi Coklat Sedap.
Seduhlah kopi lebih dulu, kemudian tambahkan sedikit
bubuk coklat (sedikit) dan aduk lagi sampai betul-betul tercampur.
Ingat, kita hanya membutuhkan aroma coklat, bukan rasa coklat,
jadi hanya sedikit coklat yang ditambahkan dan gunakan cacao
powder yang baik dan dalam kemasan rapat. 
Wassalam.

Kamis, 11 November 2010

Tentang espresso dingin

Seorang teman ku di salah satu blog perkopian --halo mas Arief-- menulis dalam salah satu postingannya mengenai pengalamannya minum espresso dingin, maka akupun teringat pengalamanku sendiri minum espresso yang "tidak panas".
Aku cuma pernah minum espresso beberapa kali saja, ya kalau menurut aku sih rasanya "bolehlah", satu-dua ada yang ok, cuma aku berpendapat pasti itu karena kualitas biji kopinya yang memang ok punya, yang jelas aku minumnya selalu nyruput-nyruput selagi masih panas. Nah, sebulan yang lalu disalah satu restoran korea di salah satu mall di Jakarta --nggak etis kan kalau disebutkan--aku berkesempatan lagi minum espresso. Aku nggak tahu kenapa tapi mereka menyajikan espresso nya sudah dalam keadaan tidak ngepul, cuma hangat saja, buihnya pun sudah hilang. Rasanya.....kok nggak enak ya, mengarah ke yang orang Jawa bilang "jeleh". Aku mikir gimana nerusin minumnya, jadi aku minta gula cair dan batu es dan disatukan, berharap jadi kopi es gitu. Eeeeh lha kok rasanya tetep aja kurang enak, lebih enak kopi es biasa. Kata adikku sih salahku sendiri, seharusnya kalo mau minum espresso enak ya di cafe-cafe khusus kopi dong --halo nek, kapan kita pergi lagi ke cafe kopi betulan--
Meskipun dari pengalamanku itu aku berpendapat bahwa espresso sebaiknya dinikmati sebagai minuman panas yang masih berbuih, tetapi karena pengalaman tidak enak itu baru aku alami sekali, dalam hati aku tetap penasaran kenapa espresso kok nggak enak kalo udah nggak panas. Jangan-jangan buihnya itu yang bikin enak ya, soale aku kalau bikin kopi es sendiri dirumah, lebih sedap rasanya yan dikocok sampai berbuih. Kalau ada yang mau berbagi pengalaman tentang minum espresso dingin, aku akan senang.

Tips :
Kopi es enak banget
Rebus air + gula + kayu manis sampai mendidih, lalu pakai untuk
menyeduh kopi (kental), saring dan biarkan agak dingin kemudian kocok
bersama beberapa potong batu es sampai berbuih (pakai blender).
Tuangkan dalam gelas dan beri sedikit batu es lagi, hidangkan.
Wah enak gila....., coba deh.
Wassalam.

Senin, 08 November 2010

Minum air putih yang banyak yuk

Air putih. Nah apa coba hubungannya sama kopi ? Kalo mau gampang paling2 pada mikirnya begini, kan mau bikin kopi harus ngrebus air dulu atau ada air panas dulu, air putih tentunya. Padahal sama sekali bukan begitu maksudku.
Begini, kita semua pasti sudah tahu manfaat air putih untuk tubuh kita, --aku sama sekali nggak bermaksud membahas itu disini, kalau ada yang belum tahu mendingan tanya sama temen yang tahu atau guru sekolah atau ya buka2 internet juga bisa kok-- Sudah sering kita mendengar, atau kita sendiri dinasehati orang bahwa minum air putih minimal 2 liter atau 8 gelas sehari sangat baik untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh kita.
Kembali ke soal minum kopi, kalau seseorang terbiasa minum kopi lebih dari 2 kali sehari, biasanya kita akan sering mendengar orang menasihati bahwa berbahaya kalau kebanyakan kafein dalam tubuh kita, jangan abaikan nasehat tersebut sebab hal itu tidak salah, ada ambang batas asupan kafein yang aman untuk tubuh. Nah, kalau memang kita tidak bisa mengelakkan minum kopi lebih dari 2 kali sehari, maka sebaiknya kita banyak minum air puth, usahakan kita bisa mengkonsumsi air putih minimal 8 gelas sehari. Satu hari ada 24 jam, bila jam tidur normal kita adalah 6-8 jam sehari, masih ada 16-18 jam lagi, maka minumlah air putih 1 gelas tiap 2 - 21/4 jam sekali. Kalau kita bersedia minum air putih sebelum dan sesudah bangun tidur, maka total konsumsi air putih kita akan lebih dari 8 gelas sehari, sederhana bukan.
Nah ternyata tidak sulit untuk tetap sehat, meskipun banyak minum kopi. Anda merasa ini kurang ilmiah ? Lebih baik tanyakan dokter anda. Tapi sangat baik bila anda langsung mempraktekannya.

Tips :
Sebaiknya sebelum  dan sesudah minum kopi minumlah air putih, paling tidak sesudahnya.

Minggu, 31 Oktober 2010

Ala India

Kita tahu ada bermacam-macam jenis minuman kopi yang bisa --ataupun biasa-- kita minum, mulai dari kopi hitam baik yang tubruk maupun instan, kopi susu, sampai cappucinno, latte, dsb. Secara naluriah aku menyukai kopi hitam, tentunya yang diseduh dengan benar, apalagi jika berasal dari biji kopi berkualitas. Minum kopi hitam sepertinya hal yang biasa saja, salah satu aktifitas "keseharian" saja, tidak terbayangkan bahwa minum kopi hitam suatu saat menjadi istimewa karena memerlukan suatu upaya tertentu.
Tahun 2005 aku berkesempatan tinggal di India selama 2 bulan, tepatnya di Coimbatore di negara bagian Tamil Nadu, India selatan, dan sempat mengunjungi beberapa kota dan negara bagian lainnya, tak lupa tentunya Delhi dan Taj Mahal di utara. Nah yang aku mau bahas disini adalah bahwa di semua tempat yang aku kunjungi di India, nyaris tidak pernah menjumpai minuman  kopi hitam, baik di tempat2 makan umum ataupun yang dihidangkan kepada kami sebagai tamu. Kalau kita memesan kopi atau teh di restoran atau memilih kopi atau teh ketika ditawari tuan rumah, pasti yang kita jumpai adalah kopi susu atau teh susu. Waktu kukatakan bahwa yang aku pesan adalah black coffee atau black tea, si pelayan kebingungan, sampai2 aku harus menemui kepala pelayannya dan dibawa ke dapur, dan disitu aku melihat bahwa didalam panci besar diatas kompor isinya sudah berupa teh susu atau kopi susu, loh ? Pantas aja pelayannya bingung bagaimana mau menghidangkan kopi atau teh "doang" seperti keinginanku. Suatu saat karena sudah terlalu ingin minum teh biasa, aku sampe perlu menjelaskan bagaimana membuatnuya --masukkan teh kering dalam poci lalu seduh dengan air mendidih, dst bla bla bla-- sehingga akhirnya mereka menghidangkan sepoci teh beserta gula tersendiri sambil mengatakan bahwa ini adalah pesanan khusus.
Aku heran, India sangat terkenal dengan teh nya terutama teh dari dataran tinggi Assam, mengapa susah mendapatkan segelas teh manis biasa. Aku berpikir apa mungkin cara minum teh dan kopi yang selalu pakai susu karena pengaruh mereka bekas jajahan Inggris ataukah memang kebiasaan mereka seperti itu,  tapi yang jelas masyarakat India aku lihat sangat terbiasa minum susu. Di kedai2 minum sederhana yang hanya pakai tenda dipinggir jalan, masyarakat kebanyakan juga aku lihat minum teh susu atau kopi susu. Susu yang mereka gunakan adalah susu segar, setiap pagi secara umum terlihat orang menenteng susu segar (terlihat dari wadahnya yang khas) membawanya ke restoran dan tempat-tempat minum.
Tips :
Teh susu atau kopi susu ala India
Rebuslah susu segar bersama teh atau kopi, didihkan perlahan-lahan
sambil  terus diaduk supaya tidak pecah (seperti masak santan).
Sesudah mendidih tambahkan gula secukupnya dan aduk lagi,
tuang kedalam gelas dengan menggunakan saringan.
Untuk mendapatkan rasa dan aroma yang lain, tambahkan kedalam rebusan
sepotonng kayu manis atau jahe yang dimemarkan atau kalau suka bisa juga
2-3 biji cardamon. Coba deh, enak lho.
Wassalam

Jumat, 29 Oktober 2010

Salah satu jurus "menyamankan" diri

Sebagai seorang penikmat kopi, aku sudah menganggap (tepatnya merasakan) bahwa minum kopi tidak mempengaruhi saraf tidurku lagi (yeee apaan tuh saraf tidur ?). Sebab sering kali aku minum kopi hanya beberapa saat menjelang tidur, dan aku tertidur aja secara normal, artinya tidurku nggak lalu jadi gelisah. atau tiap sebentar bangun, ataupun gangguan lainnya.
Dari sejak jaman masih kuliah dulu --aku mulai leluasa minum kopi ya sesudah kuliah karena nggak tinggal dengan orang tua, yang melarang anak2nya minum kopi-- kalau mau belajar sampai larut malam aku bikin kopi dulu. Sesudah berkeluarga, waktu anak-anakku masih kecil dan mereka sakit -anak balita dimana-mana kan rawan sakit- maka bisa dipastikan aku akan minum kopi malamnya supaya nggak tertidur waktu nungguin mereka, kalau terasa ngantuk aku duduk disamping tempat tidur dan merebahkan kepala, pokoknya jangan sampai pules deh. Aku juga gemar membaca, jadi sering malam-malam minum kopi supaya tahan membaca sampai 2-3 jam.
Semua kebiasaan-kebiasaan tersebut lambat laun membuat saraf tidurku (emangnya nggak ada istilah lain apa ya ?) kebal, tetapi bukan berarti aku nggak minum kopi lagi kalau mau nahan ngantuk, bukan begitu. Aku tetep aja minum kopi kalau mau tidur terlambat (misalnya mau nonton acara TV diatas 12 malam) karena minum kopi --yang enak tentunya-- sudah menjadi salah satu jurus untuk menyenangkan atau "menyamankan" diri, sehingga otomatis mendukung kemauanku untuk tidur lambat. Karena sudah menjadi salah satu jurus untuk menyenangkan diri, maka kalau lagi "mood" minum kopi, akupun bersedia jam 12 malam sengaja masak air untuk bikin kopi, sehabis srupat-sruput kurang lebih setengah jam kalau nggak ada lagi yang akan aku kerjakan ya tidur aja dengan perasaan nyaman karena habis minum kopi.
Tips :
Kopi tubruk cinamon (kalau "cinnamon coffee" adanya di kafe mahal)
Seduhlah kopi sebagai mana tips pertama saya, tetapi ngaduknya bukan pakai sendok
melainkan memakai "cinnamon stick". Kalo ingin lebih terasa kayu manisnya,
maka waktu menutup gelas sejenak biarkan cinnamon stick nya didalam gelas,
waktu tutup gelas dibuka dan diaduk lagi baru dikeluarkan cinnamon sticknya.
Nah segelas kopi cinamon yang sedap (dan tidak mahal) siap anda nikmati.
Wassalam.

Minggu, 24 Oktober 2010

Schumacher dan Cappucino

Tadi siang aku nonton siaran F1 Race di TV , yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Korea (Selatan tentunya), ditemenin cappuccino. Sekarang ceritanya agak banyak mengenai balap Formula 1, nggak apa-apa deh, soale aku penggemar berat F1 racing, seperti halnya aku menggemari kopi. Kadang-kadang sambil nonton F1 aku suka mikir, para pembalap Formula 1 itu pada minum kopi nggak ya. Aku bercita-cita suatu saat bisa nonton F1 ditempatnya beneran, setidaknya yang di Malaysia atau Singapore.
Sirkuit Internasional Korea, Yeongam di Korsel ini terdiri 55 lap, kabarnya sirkuit F1 terpanjang yang digunakan. Race ini sebenernya mulai startnya jam 13.10 WIB, tapi karena hujan lebat disana jadi balapannya dikawal oleh "safety car", trus karena hujan makin lebat baru 4 lap (kira-kira 10 menit) sudah berhenti. Ditunggu sampai seperempat jam nggak juga mulai lagi, suami dan anak bungsuku bosan nungguin akhirnya masuk kamar dan tidur. Aku --karena hobiku nonton F1 lebih berat ketimbang si mas dan anakku-- lebih sabar nunggu race nya mulai lagi. Waktu aku mulai ngantuk jam 14.05 balapannya mulai lagi langsung nyambung dari lap 5, nah saat itulah aku langsung bikin cappucino, biar lebih semangat nontonnya. Sampai lap 17 masih dikawal oleh safety car --jadi kaya nonton pawai mobil Formula 1 gitu-- baru lap ke 18 safety car nya nyingkir.
Dari awal Vettel dan Webber memimpin ditempat 1 dan 2, Alonso ditempat ke 3, Schumacher sang legenda --aku tetep ngefans sama dia soale yang lain masih muda-muda banget dan kebanyakan seumuran anakku-- ditempat ke 6, aku memang selalu berharap dia bisa 10 besar. Balapannya seru banget karena hari hujan dan kebetulan para pembalap itu tentunya belum begitu "kenal" dengan sirkuit tersebut, jadilah banyak yang terperosok dan saling senggol. Yang paling seru adalah waktu Webber sehabis nabrak dinding pembatas dan sedang berusaha balik lagi ke lintasan disenggol oleh Rossberg, selesailah keduanya. Ketika kemudian Vettel mogok mobilnya di lap 39, sepertinya kerusakan pada mesinnya, jadi deh urutannya Alonso ke 1, Hamilton ke 2, Massa ke 3, daaaan.....untuk pertama kalinya di musim balap 2010 ini si gaek Schummy di tempat ke 4. Posisi itu terus bertahan sampai lap terakhir, dan aku sungguh merasa terhibur si juara dunia 7 kali Michael Schumacher bisa finish di tempat ke 4.
Kembali ke cappucino, banyak warung --maksudku warung kopi biasa seperti kafe di kantorku-- entah kenapa suka menyajikan cappucino ditambahi susu kental manis, dan orang yang minum nggak protes (kecuali aku tentunya). Heran aku jadinya, apa orang-orang itu nggak suka rasa asli cappucino ya, padahal hangat atau dingin cappucino tetap nikmat rasa aslinya, kecuali kalau memang bermaksud merasakan cappucino variasi.
Tips :
Cappucino fantasi dingin.
1 sachet cappucino diseduh dengan setengah gelas air hangat,
masukkan ke dalam blender, tambahkan irisan  1/2 pisang ambon yang cukup matang,
tambahkan 3 sendok teh susu kental manis, blender sebentar,
kemudian tambahkan beberapa potong batu es kecil-kecil dan blender lagi
sampe betul-betul tercampur, hidangkan.
Wassalam

Sabtu, 23 Oktober 2010

Kopi Susu yang bukan susu kopi

Kafe di kantorku, sebagaimana yang biasa ada di kafe-kafe lain di kantor-kantor lain, menyediakan beberapa minuman dan makanan termasuk kopi tentunya. kebiasaanku adalah ke kafe dulu tiap pagi sebelum mulai beraktifitas, kalo harus langsung berkegiatan --kadang kadang ada situasi begitu-- ya ngerjain tugas dulu sejam dua jam baru ke kafe.
Untuk minum pagi kebiasanku selalu segelas kopi susu, secangkir sebetulnya karena menggunakan gelas kecil khusus untuk minum kopi --isinya kira-kira setengah gelas atau secangkir-- sehingga biasanya dikatakan "minta kopi seteng". Awalnya pemilik kafe menyediakan kopi susu yang aku minta seperti yang biasa disediakannya untuk orang lain yang minta kopi susu, yang bagi lidahku kurang pas rasanya karena kebanyakan susu. Aku protes kepada pemilik warung dengan mengucapkan serangkai kata-kata, yang keesokan harinya aku ulangi dan diterjemahkannya dengan segelas kopi susu seperti yang aku maksudkan. Setelah mencoba dalam beberapa hari maka pemilik kafe sudah bisa menghidangkan kopi susu yang pas rasanya di lidahku.
Nah, apa yang aku katakan sebetulnya kepada pemilik kafe itu ? Aku bilang begini, "Saya minta kopi susu, bukan susu kopi". Waktu si pemilik kafe heran --apa bedanya sih-- aku jelaskan bahwa pada kopi susu rasa kopinya harus agak dominan dari rasa susunya, kalau dominan rasa susunya namanya susu kopi. Anda setuju dengan saya ? (begitulah bahasa indonesia, kadang-kadang ada beberapa kata yang lebih berkesan kalo dipasangkan dengan "saya" daripada dengan "aku").
Tips :                                                                                                 
Kopi Susu Sederhana dan Enak.
Kalau ingin lebih lezat rasanya cobakan dirumah seperti ini
(pemilik warung enggan melakukan cara ini dengan alasan merepotkan)
seduh terlebih dulu 2 sendok teh kopi, diaduk dan ditutup,
beberapa saat kemudian tambahkan 2-3 sendok teh susu kental manis
dan aduk lagi sampai rata, kalau ingin lebih terasa manis tambahkan gula.
Kelezatan kopi susu akan berkurang jika kopi dan susu diseduh bersama-sama,
karena protein dalam susu menjadi rusak terseduh air mendidih.
Untuk membuat kopi susu yang pas rasanya, hindari dominan rasa susunya.
Kalau mau terasa lebih manis lebih baik menambahkan gula, bukan susu.
Selamat mencoba, wassalam.

Jumat, 22 Oktober 2010

Tester Amatiran

Kejadiannya kira-kira lima belas atau enam belas tahun yang lalu, waktu aku ditugaskan kantorku untuk menghadiri acara di Bukittinggi, semacam peresmian atau pengenalan, atau peluncuran suatu produk yang diselenggarakan Dinas Pertanian. Produk yang aku maksudkan adalah hasil panen pertama dari varitas kopi arabika kate yang ditanam di daerah sekitar Bukittinggi, varitas Kartika namanya kalau nggak salah. Nah, pada kesempatan tersebut ada acara mencicipi beberapa jenis minuman kopi, beberapa hadirin termasuk aku ditawarkan untuk jadi pencicip (ciailaah...pura-puranya jadi tester), kemudian menyebutkan yang mana kopi arabika varitas baru itu, aku bersedia dan aku satu-satunya pencicip yang perempuan. Percaya nggak, aku bisa menunjukkan yang mana kopi arabika yang sedang diperkenalkan itu. Mereka (panitianya) sampe heran, karena seorang perempuan dan masih muda --waktu itu tentunya-- bisa mengenali rasa kopi tertentu. Aku sendiri menyimpulkan, aku bisa mengenali rasa kopi arabika mereka karena rasa kopi-kopi lainnya itu sudah pernah aku minum, sehingga aku menduga mungkin kopi-kopi lainnya itu dari jenis robusta semua --soale pada saat itu rasanya belum ada kopi arabika beredar dikalangan awam-- sehingga lidahku bisa mengenali rasa yang nyleneh itu. Nggak tahulah, yang jelas aku berhasil sebagai tester waktu itu, ya walaupun cuma tester icak-icak. Ada lagi yang penting, sejak saat itu aku bisa mengenali rasa kopi arabika yang memang beda dari kopi jenis robusta.
Tips :
Kopi Es Sederhana (dengan rasa Profesional)
Buatlah kopi lebih kental dan sedikit lebih manis dari yang akan diminum panas,
jangan pernah langsung memasukkan batu es begitu kopi selesai diseduh.
Seperti biasa harus ditutup dulu sebentar, dibuka dan diaduk lagi,
baru kemudian tambahkan batu es, tunggu dingin betulan baru nikmati.
Waah, segerrr dan pasti enak nian.
Wassalam

Selasa, 19 Oktober 2010

Ternyata si item enak banget ya (kenangan kepada kedua orang tuaku almarhum)

Aku mulai tertarik untuk mencicipi kopi waktu masih umuran remaja, masih SMP atau SMA, aku nggak ingat persisnya tapi aku ingat betul latar belakang penyebabnya. Dikeluargaku pada waktu itu ada kebiasaan minum teh sore untuk seluruh anggota keluarga dan kalau pagi minum kopi hanya untuk kedua orang tuaku, kami anak-anak dilarang keras minum kopi, kata mereka "bisa bikin bodoh", alasan nggak masuk akal tapi kok ya kami anak-anak beliau pada waktu itu --aneh bin ajaib--  percaya saja.
Rasa ingin tahuku yang besar --seperti apa sih rasanya si item itu sebenernya kok selalu ada dirumah padahal kita nggak boleh ikut minum-- mengalahkan rasa takut "jadi bodoh". Suatu saat aku melihat pembantuku bikin kopi untuk orang tuaku, trus aku mulai memperhatikan cara-cara dia bikin kopi. Sampai pada suatu hari pas lagi nggak ada pembantu ibuku ngomong : "Kamu udah besar nDang, mulai sekarang cobalah kamu yang bikin kopi buat orang tuamu, sekarang Mami ajarin dulu, perhatiin ya". Nah, aku yang sudah beberapa kali liat pembantu bikin kopi dan yang sudah lama tertarik sama kopi otomatis cepet bisa bikin kopi.
Eiiit nanti dulu, jangan langsung mikir "apa susahnya bikin kopi". Bapakku termasuk rewel -maaf lho Pie ini kenyataan- kalau soal minum teh atau kopi, kalau teh atau kopi yang dihidangkan nggak pas rasanya nggak akan diteruskan minumnya. Teh atau kopi dirumahku ditaruh secara seksama, dalam wadah yang bisa ditutup rapat dan tidak boleh bercampur benda-benda lain karena bau atau aroma benda-benda lain bisa mempengaruhi citarasa teh atau kopinya (aku percaya banget sampe sekarang).
Kembali kekisah bikin kopi tadi, kopi yang kuhidangkan untuk orang tuaku rupanya berkenan dilidah mereka, trus aku sering sekali bertugas bikin kopi buat mereka. Nah aku jadi punya kesempatan mengeksplorasi keinginan tahu ku akan kopi, diam-diam kalau bikin kopi aku tinggalkan barang 3 atau 4 sendok didapur, sesudah aku hidangkan kopi buru-buru kembali ke dapur dan sambil mencuri-curi kunikmati kopi hasil "curian" itu. Namanya juga hasil curian ya, walah rasanya waktu itu nikmaaat bener, nah sejak saat itu aku mulai tertarik pada kopi, dan karena orang tuaku sangat memperhatikan citarasa kopi yang diminumnya maka akupun juga begitu. Makanya aku menyebut diriku "penikmat kopi", bukan pecandu kopi.
Tips :
Simpanlah bubuk kopi dalam wadah yang bisa ditutup rapat,
tidak bercampur benda lain,
bahkan kalau kita punya persediaan lebih dari satu jenis kopi
sebaiknya kita pisahkan juga wadahnya.
Wassalam.

Senin, 18 Oktober 2010

Kopi nggak enak vs Kopi enak

Belum lama ini aku ke Jogya untuk reunian SMA N I Jakarta -Budi Utomo- angkatan 72 (gile banget, udah tuek kita-kita ini ya). Sehari sebelum acara reuni itu aku udah dateng, janjian sama salah satu temen untuk duluan ketemuan, trus kita nginep di sekitar Malioboro, maksudnya biar murah dan deket kalo mau menikmati Malioboro. Disekitar tempat kita nginap sepertinya daerah banyak turis-turis backpacker nginap, jadi dalam pikiranku kalo banyak bule mestinya gampang bisa minum kopi enak. Nah waktu sarapan aku pesen kopi (kopi hitam), ya ampun keterlaluan bener itu kopi --menurutku-- rupa dan rasanya. Kopinya biarpun udah diaduk lagi tetep aja banyak bubuk butiran yang ngapung, ketahuan bahwa nyedunya nggak pake air mendidih, rasanya payah dan aromanya hampir nggak ada. Aku jadi nggak habis pikir, apa kalo bule-bule itu pada minta kopi juga akan dikasih kopi yang nggak jelas rasanya gitu. Apa susahnya sih bikin kopi enak, rasanya pingin ngajarin deh, rasanya pingin protes lho sama menejer hotelnya. Untungnya waktu reunian kita nginapnya di salah satu hotel bintang lima (Jogyakarta Plaza), nah disitu kan kopinya keluar dari mesin kopi otomatis yang rasa kopinya betul-betul lezat (enak gila). Aku merasa selain karena emang kopinya enak juga karena pengaruh aku habis dikecewain rasa kopi sehari sebelumnya (subyektif juga ya), nah jadi deh aku kaya orang "nora" tiap sarapan --kita 2 malam disitu-- minum kopinya pake nambah. Biarpun begitu aku nggak akan ngambil kesimpulan bahwa minum kopi di hotel berbintang pasti lebih enak daripada di hotel melati, karena kalau mau nggak  susah kok belajar menghidangkan kopi enak.
Tips :
kopi biasa "harus" diseduh pake air mendidih
kopi instan "bisa" diseduh dengan air panas 85° (kira-kira sama dengan
air mendidih trus tunggu 5 menit sebelum dipake)  
Wassalam          

Senin, 11 Oktober 2010

Enaknya beda-beda

Dikalangan "perkopian" orang sering bilang kopi arabika lebih enak daripada robusta sedangkan masyarakat peminum dan peggemar kopi biasa kalau disuruh nyicipin kopi arabika akan bilang bahwa lebih enak kopi yang biasa mereka minum (robusta tentunya). Sebenernya sih, arabika atau robusta enaknya beda-beda, bener lho, sekurang-kurangnya menurut saya. Begini, kopi yang biasa kita nikmati dirumah atau di warung-warung kopi biasa memang pada umumnya jenis robusta, sehingga lidah orang awam menjadi terbiasa dengan rasa kopi robusta. Tapi kalau kita termasuk penikmat kopi --bukan pecandu kopi biasa-- lazimnya dirumah kita juga punya persediaan kopi arabika selain kopi biasa (robusta), sehingga kita juga tidak awam dengan rasa kopi arabika. Kalau kita baru pertamakali mencicipi kopi arabika akan terasa sesuatu yang menggigit dilidah kita yang jika kita sudah terbiasa akan merupakan kenikmatan/kelezatan tersendiri, dan kalau anda suka minum kopi kental maka kopi arabika sebaiknya tidak dibuat sekental kopi robusta. Tapi kalau anda ingin menikmati sensasi dalam secangkir kopi anda, cobalah tips yang berikut ini.
Tips :
Secangkir kopi sensasi
1 setengah sendok kopi robusta + 1/2 sendok kopi arabika
+ 1 atau 1 1/2 sendok teh gula kemudian seduh dengan air mendidih
(tentunya dengan cara seperti pada tips pertama) untuk secangkir kopi.
Selamat mencoba.
Wassalam.

Senin, 04 Oktober 2010

Menikmati Kopi

Minum kopi --sekali atau dua kali sehari-- merupakan salah satu aktifitasku yang kuanggap penting dan bermutu. Ya, penting karena aku menikmatinya, bahkan kadaqng-kadang menjadi caraku untuk menikmati "me time", dan bermutu karena minum kopi --bukan kecanduan kopi-- dapat menyehatkan tubuh. Betul lho, sedikit asupan cafein dapat meningkatkan ataupun menjaga "mood" kita dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.
Untuk bisa menikmati minum kopi, bagiku yang pertama-tama tentunya minuman kopinya harus enak, meskipun waktu dan tempat juga harus dipertimbangkan. Begitu senangnya aku menikmati kopi, sampai sampai kalau aku berkunjung ke daerah lain aku akan menyempatkan diri minum kopi disitu, kalau rasanya mengesankan akan menjadi catatan bagiku dan biasanya aku akan mengulanginya pada kesempatan lain.
Aku juga terbiasa memperhatikan referensi yang kubaca atau yang diberikan orang mengenai kopi yang enak disuatu tempat. Pernah aku sempat-sempatkan dalam salah satu kunjunganku ke Jakarta, minta antar adikku --makasih Nia-- dibela-belain naik busway dari Kalideres trus turun didepan Sarinah, kemudian rela berpanas-panas menyusuri jalan Sabang --sambil nyari dan tanya sana sini-- untuk minum kopi di "Kopitiam Oey" nya pak Bondan, karena sebelumnya baca referensinya di koran.

Tips :
Kopi tubruk nikmat
Pastikan diseduh pake air yang telah mendidih kemudian diamkan sesaat,
gelasnya/cangkirnya sebaiknya dibilas dulu pakai air mendidih, masukkan
2 sendok kopi + 1 atau 2 sendok gula, diseduh sambil diaduk,
trus langsung ditutup, 2 atau 3 menit buka tutupnya, baru nikmati. Sedaaaap.
Wassalam.

Kamis, 30 September 2010

Pembukaan

Makanya aku ngasih judul "Pembukaan" soale kata anakku --pake pembukaan dong-- biasanya begitu kalau mau nulis pertama kali. Aku sih sebenernya tau soal itu, tapi ini kan bukan novel atau skripsi ataupun makalah, ya udah begini aja langsung.
Begini, aku tuh demen banget minum kopi, dari muda sampe sekarang di usiaku yang udah tergolong manula (hampir begitu, hiii). Tadi sebelum mulai nulis blog ini, aku nyoba ndaftar dulu di "Indonesian Coffee Community", tapi gagal nggak tau kenapa, besok tak coba lagi. Biarpun aku suka minum kopi, aku keberatan kalau disebut pecandu kopi, aku lebih suka menyebut diriku "penikmat kopi". Memang beda lho, pecandu kopi biasanya berkeinginan dan sanggup minum berkali kali dalam sehari, sedangkan aku minum kopi cukup sekali (paling banyak dua kali) sehari dan hanya secangkir (bukan segelas) tapi dengan rasa yang pas dan mantab (kekentalan dan manis yang terjaga dan diseduh pake air mendidih). ada lagi bedanya, pecandu kopi --seperti halnya pecandu pecandu apapun-- harus ketemu kopi tiap hari, aku sih dalam keadaan terpaksa (maag kambuh atau kopi lagi abis atau alasan masuk akal lainnya) nggak apa apa nggak minum kopi dulu.
Sekarang segini dulu, besok sambung lagi.