Selasa, 20 September 2011

Perjalanan Lebaran



Dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Fitri 1432 H yang baru lalu di kampung halaman, kami sekeluarga melakukan perjalanan cukup jauh. Tanggal 26 Agustus 2011, kami (saya dan suami serta 3 orang putra-putri kami) berangkat ke Jakarta dengan pesawat sore yang karena terlambat berangkat maka tiba di Jakarta sudah liwat waktu magrib, di sini seorang putri kami yang kuliah di Jakarta bergabung. Setelah bermalam dirumah adik, sehabis sholat subuh dengan mobil (rental) kami sekeluarga (berenam) berangkat ke Jawa Tengah menuju Slawi-Tegal dan kami memilih untuk menempuh jalur utara.

Memulai perjalanan sehabis sholat subuh

Selepas jalan-jalan tol 1. Jakarta-Cikampek, 2. Palimanan - Kanci, (3. Tol Kanci - Pejagan giliran tutup) kami harus menjalani kemacetan panjang yang melelahkan, sehingga baru jam 9 malam kami tiba di rumah keluarga kami di Slawi, itu berarti kami telah berkendara selama kurang lebih 15 jam padahal jarak ini pada saat normal biasanya dapat ditempuh dalam waktu 7 - 8 jam saja. Setelah Tegal menjadi kota (dahulu disebut kotamadya) maka Slawi menjadi ibukota Kabupaten Tegal. Bagi orang-orang yang gemar wisata kuliner akan mengenal/mengingat Tegal sebagai kota "Teh" dan "Sate Kambing". Warung teh dan sate kambing banyak dijumpai sepanjang jalan di Kota dan Kabupaten Tegal, teh dihidangkan dengan poci tanah liat dan sate kambingnya dibakar setengah matang dan dihidangkan dengan saus kecap.
 
Matahari pagi 1 Syawal 1432
Desaku yang permai terletak dikaki g Slamet
Di Slawi kami tinggal  empat hari, mengalami sahur dua kali serta lebaran hari pertama dan kedua. Setelah mengunjungi sanak keluarga kami di Tegal dan sekitarnya, pada tanggal 31 Agustus sore hari jam 5 sore kami melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta melalui Purwokerto dan Kebumen (jalur selatan). Kami tiba dirumah adik di Sleman jam 2 malam, berarti kami telah menempuh perjalanan selama 9 jam padahal jarak ini pada keadaan normal biasanya ditempuh dalam waktu 5 jam.
Saat-saat libur lebaran rupanya Yogyakarta dipadati pengunjung yang sangat luar biasa, baik masyarakat yang pulang kampung, maupun yang mengunjungi keluarganya seperti saya misalnya, ataupun orang-orang yang tinggal dekat Yogya bahkan yang cukup jauh dari Yogya yang memang ingin memanfaatkan libur lebaran dengan mengunjungi kota gudeg ini. Semua tempat wisata dan hiburan penuh sesak, berjalan di Malioboro yang merupakan ikon kota ini dilakukan dengan beringsut-ingsut. Untuk makan pun kami harus sabar menunggu pesanan datang hingga 1 jam lamanya, bahkan kami sampai gagal ingin menikmati bakmi Jawa di malam hari karena ketika  mencoba di lokasi pertama kami diminta untuk menunggu selama dua jam, kemudian di lokasi berikutnya ternyata kami diminta menunggu untuk waktu yang sama. Wah, luar biasa. Di tengah kepadatan semua jalur tujuan wisata, kami menyempatkan untuk mnikmati wisata malam hari di alun-alun, lokasi inipun jauh lebih ramai daripada saat liburan akhir pekan yang biasanya memang ramai.  mengunjungi "Wisata Merapi", yaitu melihat secara langsung daerah-daerah yang terlanda bencana letusan gunung Merapi tahun 2010.

Sisa-sisa kerusakaan akibat letusan Merapi

Sisa-sisa dusun Kinahrejo

Disana-sini mulai menghijau
Melepaskan lelah sambil menikmati wedang ronde
Salah satu bagian yang mulai menghijau kembal
Tak lupa kami juga menikmati wisata malam hari di alun-alun, lokasi inipun jauh lebih ramai daripada saat liburan akhir pekan yang biasanya memang ramai. Selain Malioboro, alun-alun juga merupakan salah satu "tujuan wajib" yang biasanya dikunjungi orang yang berwisata ke Yogyakarta. Beberapa tahun terakhir ini, alun-alun di malam hari memang semakin ramai dengan adanya tambahan hiburan lain yang bisa dinikmati seperti sepeda tandem dan sebagainya.











                                                                                                                                                                
Tanggal 3 September kami kembali ke Jakarta melalui Magelang terus Weleri untu selanjutnya menyusuri jalur utara. Sepanjang perjalanan Yogya ke Weleri kami banyak melalui pemandangan indah, hamparan sawah di kaki gunung Merapi, kemudian ada hamparan kebun tembakau di kaki gunung Sumbing dan Sundoro, wah cantiknya.

Hamparan sawah di Muntilan


Areal tembakau di kaki g Sundoro

Menyusuri jalur utara kami sengaja berhenti sejenak sebelum melalui Tegal di SPBU yang masuk rekor MURI karena memiliki 67 kamar kecil (sekarang sudah bertambah karena tertulis 67 +40). SPBU ini menyediakan arena parkir yang luas, musholla, ruang menyusui, lemari cas handphone, ruangan istirahat ber ac dengan sewa hanya Rp.30.000/8jam yang biasanya dimanfaatkan oleh penumpang/pengendara mobil jarak jauh semisal Surabaya - Jakarta untuk istirahat/tidur agar bisa kembali segar untuk melanjutkan perjalanan jauh nya. Ditempat ini kami sholat, mencas hp dan saya tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk....apalagi kalau bukan....ngopi.

Ngopi di SPBU MURI-Tegal
Mejelang senja di Indramayu
Selepas kota Tegal mulailah kami dihadang kemacetan (kecuali di tol Kanci) yang mencapai puncaknya sejak masih di daerah Indramayu sampai ke pintu tol Cikampek, karena terlalu letih dan pengemudinya mulai teler kami sempat beristirahat di salah satu rest area yang tanpa kami sadari ternyata sudah dekat dengan pintu tol tempat kami keluar (Tangerang). Total jarak Yogya - Jakarta/Tangerang yang dalam keadaan normal dapat ditempuh kurang lebih sekitar 12 jam maksimal, kali ini kami tempuh dalam waktu 22 jam. Setelah beristirahat sehari di rumah Jakarta, kami menyempatkan untuk jalan-jalan ke Bandung, yang akan saya tuliskan pada postingan selanjutnya.


Wassalam