Minggu, 31 Oktober 2010

Ala India

Kita tahu ada bermacam-macam jenis minuman kopi yang bisa --ataupun biasa-- kita minum, mulai dari kopi hitam baik yang tubruk maupun instan, kopi susu, sampai cappucinno, latte, dsb. Secara naluriah aku menyukai kopi hitam, tentunya yang diseduh dengan benar, apalagi jika berasal dari biji kopi berkualitas. Minum kopi hitam sepertinya hal yang biasa saja, salah satu aktifitas "keseharian" saja, tidak terbayangkan bahwa minum kopi hitam suatu saat menjadi istimewa karena memerlukan suatu upaya tertentu.
Tahun 2005 aku berkesempatan tinggal di India selama 2 bulan, tepatnya di Coimbatore di negara bagian Tamil Nadu, India selatan, dan sempat mengunjungi beberapa kota dan negara bagian lainnya, tak lupa tentunya Delhi dan Taj Mahal di utara. Nah yang aku mau bahas disini adalah bahwa di semua tempat yang aku kunjungi di India, nyaris tidak pernah menjumpai minuman  kopi hitam, baik di tempat2 makan umum ataupun yang dihidangkan kepada kami sebagai tamu. Kalau kita memesan kopi atau teh di restoran atau memilih kopi atau teh ketika ditawari tuan rumah, pasti yang kita jumpai adalah kopi susu atau teh susu. Waktu kukatakan bahwa yang aku pesan adalah black coffee atau black tea, si pelayan kebingungan, sampai2 aku harus menemui kepala pelayannya dan dibawa ke dapur, dan disitu aku melihat bahwa didalam panci besar diatas kompor isinya sudah berupa teh susu atau kopi susu, loh ? Pantas aja pelayannya bingung bagaimana mau menghidangkan kopi atau teh "doang" seperti keinginanku. Suatu saat karena sudah terlalu ingin minum teh biasa, aku sampe perlu menjelaskan bagaimana membuatnuya --masukkan teh kering dalam poci lalu seduh dengan air mendidih, dst bla bla bla-- sehingga akhirnya mereka menghidangkan sepoci teh beserta gula tersendiri sambil mengatakan bahwa ini adalah pesanan khusus.
Aku heran, India sangat terkenal dengan teh nya terutama teh dari dataran tinggi Assam, mengapa susah mendapatkan segelas teh manis biasa. Aku berpikir apa mungkin cara minum teh dan kopi yang selalu pakai susu karena pengaruh mereka bekas jajahan Inggris ataukah memang kebiasaan mereka seperti itu,  tapi yang jelas masyarakat India aku lihat sangat terbiasa minum susu. Di kedai2 minum sederhana yang hanya pakai tenda dipinggir jalan, masyarakat kebanyakan juga aku lihat minum teh susu atau kopi susu. Susu yang mereka gunakan adalah susu segar, setiap pagi secara umum terlihat orang menenteng susu segar (terlihat dari wadahnya yang khas) membawanya ke restoran dan tempat-tempat minum.
Tips :
Teh susu atau kopi susu ala India
Rebuslah susu segar bersama teh atau kopi, didihkan perlahan-lahan
sambil  terus diaduk supaya tidak pecah (seperti masak santan).
Sesudah mendidih tambahkan gula secukupnya dan aduk lagi,
tuang kedalam gelas dengan menggunakan saringan.
Untuk mendapatkan rasa dan aroma yang lain, tambahkan kedalam rebusan
sepotonng kayu manis atau jahe yang dimemarkan atau kalau suka bisa juga
2-3 biji cardamon. Coba deh, enak lho.
Wassalam

Jumat, 29 Oktober 2010

Salah satu jurus "menyamankan" diri

Sebagai seorang penikmat kopi, aku sudah menganggap (tepatnya merasakan) bahwa minum kopi tidak mempengaruhi saraf tidurku lagi (yeee apaan tuh saraf tidur ?). Sebab sering kali aku minum kopi hanya beberapa saat menjelang tidur, dan aku tertidur aja secara normal, artinya tidurku nggak lalu jadi gelisah. atau tiap sebentar bangun, ataupun gangguan lainnya.
Dari sejak jaman masih kuliah dulu --aku mulai leluasa minum kopi ya sesudah kuliah karena nggak tinggal dengan orang tua, yang melarang anak2nya minum kopi-- kalau mau belajar sampai larut malam aku bikin kopi dulu. Sesudah berkeluarga, waktu anak-anakku masih kecil dan mereka sakit -anak balita dimana-mana kan rawan sakit- maka bisa dipastikan aku akan minum kopi malamnya supaya nggak tertidur waktu nungguin mereka, kalau terasa ngantuk aku duduk disamping tempat tidur dan merebahkan kepala, pokoknya jangan sampai pules deh. Aku juga gemar membaca, jadi sering malam-malam minum kopi supaya tahan membaca sampai 2-3 jam.
Semua kebiasaan-kebiasaan tersebut lambat laun membuat saraf tidurku (emangnya nggak ada istilah lain apa ya ?) kebal, tetapi bukan berarti aku nggak minum kopi lagi kalau mau nahan ngantuk, bukan begitu. Aku tetep aja minum kopi kalau mau tidur terlambat (misalnya mau nonton acara TV diatas 12 malam) karena minum kopi --yang enak tentunya-- sudah menjadi salah satu jurus untuk menyenangkan atau "menyamankan" diri, sehingga otomatis mendukung kemauanku untuk tidur lambat. Karena sudah menjadi salah satu jurus untuk menyenangkan diri, maka kalau lagi "mood" minum kopi, akupun bersedia jam 12 malam sengaja masak air untuk bikin kopi, sehabis srupat-sruput kurang lebih setengah jam kalau nggak ada lagi yang akan aku kerjakan ya tidur aja dengan perasaan nyaman karena habis minum kopi.
Tips :
Kopi tubruk cinamon (kalau "cinnamon coffee" adanya di kafe mahal)
Seduhlah kopi sebagai mana tips pertama saya, tetapi ngaduknya bukan pakai sendok
melainkan memakai "cinnamon stick". Kalo ingin lebih terasa kayu manisnya,
maka waktu menutup gelas sejenak biarkan cinnamon stick nya didalam gelas,
waktu tutup gelas dibuka dan diaduk lagi baru dikeluarkan cinnamon sticknya.
Nah segelas kopi cinamon yang sedap (dan tidak mahal) siap anda nikmati.
Wassalam.

Minggu, 24 Oktober 2010

Schumacher dan Cappucino

Tadi siang aku nonton siaran F1 Race di TV , yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di Korea (Selatan tentunya), ditemenin cappuccino. Sekarang ceritanya agak banyak mengenai balap Formula 1, nggak apa-apa deh, soale aku penggemar berat F1 racing, seperti halnya aku menggemari kopi. Kadang-kadang sambil nonton F1 aku suka mikir, para pembalap Formula 1 itu pada minum kopi nggak ya. Aku bercita-cita suatu saat bisa nonton F1 ditempatnya beneran, setidaknya yang di Malaysia atau Singapore.
Sirkuit Internasional Korea, Yeongam di Korsel ini terdiri 55 lap, kabarnya sirkuit F1 terpanjang yang digunakan. Race ini sebenernya mulai startnya jam 13.10 WIB, tapi karena hujan lebat disana jadi balapannya dikawal oleh "safety car", trus karena hujan makin lebat baru 4 lap (kira-kira 10 menit) sudah berhenti. Ditunggu sampai seperempat jam nggak juga mulai lagi, suami dan anak bungsuku bosan nungguin akhirnya masuk kamar dan tidur. Aku --karena hobiku nonton F1 lebih berat ketimbang si mas dan anakku-- lebih sabar nunggu race nya mulai lagi. Waktu aku mulai ngantuk jam 14.05 balapannya mulai lagi langsung nyambung dari lap 5, nah saat itulah aku langsung bikin cappucino, biar lebih semangat nontonnya. Sampai lap 17 masih dikawal oleh safety car --jadi kaya nonton pawai mobil Formula 1 gitu-- baru lap ke 18 safety car nya nyingkir.
Dari awal Vettel dan Webber memimpin ditempat 1 dan 2, Alonso ditempat ke 3, Schumacher sang legenda --aku tetep ngefans sama dia soale yang lain masih muda-muda banget dan kebanyakan seumuran anakku-- ditempat ke 6, aku memang selalu berharap dia bisa 10 besar. Balapannya seru banget karena hari hujan dan kebetulan para pembalap itu tentunya belum begitu "kenal" dengan sirkuit tersebut, jadilah banyak yang terperosok dan saling senggol. Yang paling seru adalah waktu Webber sehabis nabrak dinding pembatas dan sedang berusaha balik lagi ke lintasan disenggol oleh Rossberg, selesailah keduanya. Ketika kemudian Vettel mogok mobilnya di lap 39, sepertinya kerusakan pada mesinnya, jadi deh urutannya Alonso ke 1, Hamilton ke 2, Massa ke 3, daaaan.....untuk pertama kalinya di musim balap 2010 ini si gaek Schummy di tempat ke 4. Posisi itu terus bertahan sampai lap terakhir, dan aku sungguh merasa terhibur si juara dunia 7 kali Michael Schumacher bisa finish di tempat ke 4.
Kembali ke cappucino, banyak warung --maksudku warung kopi biasa seperti kafe di kantorku-- entah kenapa suka menyajikan cappucino ditambahi susu kental manis, dan orang yang minum nggak protes (kecuali aku tentunya). Heran aku jadinya, apa orang-orang itu nggak suka rasa asli cappucino ya, padahal hangat atau dingin cappucino tetap nikmat rasa aslinya, kecuali kalau memang bermaksud merasakan cappucino variasi.
Tips :
Cappucino fantasi dingin.
1 sachet cappucino diseduh dengan setengah gelas air hangat,
masukkan ke dalam blender, tambahkan irisan  1/2 pisang ambon yang cukup matang,
tambahkan 3 sendok teh susu kental manis, blender sebentar,
kemudian tambahkan beberapa potong batu es kecil-kecil dan blender lagi
sampe betul-betul tercampur, hidangkan.
Wassalam

Sabtu, 23 Oktober 2010

Kopi Susu yang bukan susu kopi

Kafe di kantorku, sebagaimana yang biasa ada di kafe-kafe lain di kantor-kantor lain, menyediakan beberapa minuman dan makanan termasuk kopi tentunya. kebiasaanku adalah ke kafe dulu tiap pagi sebelum mulai beraktifitas, kalo harus langsung berkegiatan --kadang kadang ada situasi begitu-- ya ngerjain tugas dulu sejam dua jam baru ke kafe.
Untuk minum pagi kebiasanku selalu segelas kopi susu, secangkir sebetulnya karena menggunakan gelas kecil khusus untuk minum kopi --isinya kira-kira setengah gelas atau secangkir-- sehingga biasanya dikatakan "minta kopi seteng". Awalnya pemilik kafe menyediakan kopi susu yang aku minta seperti yang biasa disediakannya untuk orang lain yang minta kopi susu, yang bagi lidahku kurang pas rasanya karena kebanyakan susu. Aku protes kepada pemilik warung dengan mengucapkan serangkai kata-kata, yang keesokan harinya aku ulangi dan diterjemahkannya dengan segelas kopi susu seperti yang aku maksudkan. Setelah mencoba dalam beberapa hari maka pemilik kafe sudah bisa menghidangkan kopi susu yang pas rasanya di lidahku.
Nah, apa yang aku katakan sebetulnya kepada pemilik kafe itu ? Aku bilang begini, "Saya minta kopi susu, bukan susu kopi". Waktu si pemilik kafe heran --apa bedanya sih-- aku jelaskan bahwa pada kopi susu rasa kopinya harus agak dominan dari rasa susunya, kalau dominan rasa susunya namanya susu kopi. Anda setuju dengan saya ? (begitulah bahasa indonesia, kadang-kadang ada beberapa kata yang lebih berkesan kalo dipasangkan dengan "saya" daripada dengan "aku").
Tips :                                                                                                 
Kopi Susu Sederhana dan Enak.
Kalau ingin lebih lezat rasanya cobakan dirumah seperti ini
(pemilik warung enggan melakukan cara ini dengan alasan merepotkan)
seduh terlebih dulu 2 sendok teh kopi, diaduk dan ditutup,
beberapa saat kemudian tambahkan 2-3 sendok teh susu kental manis
dan aduk lagi sampai rata, kalau ingin lebih terasa manis tambahkan gula.
Kelezatan kopi susu akan berkurang jika kopi dan susu diseduh bersama-sama,
karena protein dalam susu menjadi rusak terseduh air mendidih.
Untuk membuat kopi susu yang pas rasanya, hindari dominan rasa susunya.
Kalau mau terasa lebih manis lebih baik menambahkan gula, bukan susu.
Selamat mencoba, wassalam.

Jumat, 22 Oktober 2010

Tester Amatiran

Kejadiannya kira-kira lima belas atau enam belas tahun yang lalu, waktu aku ditugaskan kantorku untuk menghadiri acara di Bukittinggi, semacam peresmian atau pengenalan, atau peluncuran suatu produk yang diselenggarakan Dinas Pertanian. Produk yang aku maksudkan adalah hasil panen pertama dari varitas kopi arabika kate yang ditanam di daerah sekitar Bukittinggi, varitas Kartika namanya kalau nggak salah. Nah, pada kesempatan tersebut ada acara mencicipi beberapa jenis minuman kopi, beberapa hadirin termasuk aku ditawarkan untuk jadi pencicip (ciailaah...pura-puranya jadi tester), kemudian menyebutkan yang mana kopi arabika varitas baru itu, aku bersedia dan aku satu-satunya pencicip yang perempuan. Percaya nggak, aku bisa menunjukkan yang mana kopi arabika yang sedang diperkenalkan itu. Mereka (panitianya) sampe heran, karena seorang perempuan dan masih muda --waktu itu tentunya-- bisa mengenali rasa kopi tertentu. Aku sendiri menyimpulkan, aku bisa mengenali rasa kopi arabika mereka karena rasa kopi-kopi lainnya itu sudah pernah aku minum, sehingga aku menduga mungkin kopi-kopi lainnya itu dari jenis robusta semua --soale pada saat itu rasanya belum ada kopi arabika beredar dikalangan awam-- sehingga lidahku bisa mengenali rasa yang nyleneh itu. Nggak tahulah, yang jelas aku berhasil sebagai tester waktu itu, ya walaupun cuma tester icak-icak. Ada lagi yang penting, sejak saat itu aku bisa mengenali rasa kopi arabika yang memang beda dari kopi jenis robusta.
Tips :
Kopi Es Sederhana (dengan rasa Profesional)
Buatlah kopi lebih kental dan sedikit lebih manis dari yang akan diminum panas,
jangan pernah langsung memasukkan batu es begitu kopi selesai diseduh.
Seperti biasa harus ditutup dulu sebentar, dibuka dan diaduk lagi,
baru kemudian tambahkan batu es, tunggu dingin betulan baru nikmati.
Waah, segerrr dan pasti enak nian.
Wassalam

Selasa, 19 Oktober 2010

Ternyata si item enak banget ya (kenangan kepada kedua orang tuaku almarhum)

Aku mulai tertarik untuk mencicipi kopi waktu masih umuran remaja, masih SMP atau SMA, aku nggak ingat persisnya tapi aku ingat betul latar belakang penyebabnya. Dikeluargaku pada waktu itu ada kebiasaan minum teh sore untuk seluruh anggota keluarga dan kalau pagi minum kopi hanya untuk kedua orang tuaku, kami anak-anak dilarang keras minum kopi, kata mereka "bisa bikin bodoh", alasan nggak masuk akal tapi kok ya kami anak-anak beliau pada waktu itu --aneh bin ajaib--  percaya saja.
Rasa ingin tahuku yang besar --seperti apa sih rasanya si item itu sebenernya kok selalu ada dirumah padahal kita nggak boleh ikut minum-- mengalahkan rasa takut "jadi bodoh". Suatu saat aku melihat pembantuku bikin kopi untuk orang tuaku, trus aku mulai memperhatikan cara-cara dia bikin kopi. Sampai pada suatu hari pas lagi nggak ada pembantu ibuku ngomong : "Kamu udah besar nDang, mulai sekarang cobalah kamu yang bikin kopi buat orang tuamu, sekarang Mami ajarin dulu, perhatiin ya". Nah, aku yang sudah beberapa kali liat pembantu bikin kopi dan yang sudah lama tertarik sama kopi otomatis cepet bisa bikin kopi.
Eiiit nanti dulu, jangan langsung mikir "apa susahnya bikin kopi". Bapakku termasuk rewel -maaf lho Pie ini kenyataan- kalau soal minum teh atau kopi, kalau teh atau kopi yang dihidangkan nggak pas rasanya nggak akan diteruskan minumnya. Teh atau kopi dirumahku ditaruh secara seksama, dalam wadah yang bisa ditutup rapat dan tidak boleh bercampur benda-benda lain karena bau atau aroma benda-benda lain bisa mempengaruhi citarasa teh atau kopinya (aku percaya banget sampe sekarang).
Kembali kekisah bikin kopi tadi, kopi yang kuhidangkan untuk orang tuaku rupanya berkenan dilidah mereka, trus aku sering sekali bertugas bikin kopi buat mereka. Nah aku jadi punya kesempatan mengeksplorasi keinginan tahu ku akan kopi, diam-diam kalau bikin kopi aku tinggalkan barang 3 atau 4 sendok didapur, sesudah aku hidangkan kopi buru-buru kembali ke dapur dan sambil mencuri-curi kunikmati kopi hasil "curian" itu. Namanya juga hasil curian ya, walah rasanya waktu itu nikmaaat bener, nah sejak saat itu aku mulai tertarik pada kopi, dan karena orang tuaku sangat memperhatikan citarasa kopi yang diminumnya maka akupun juga begitu. Makanya aku menyebut diriku "penikmat kopi", bukan pecandu kopi.
Tips :
Simpanlah bubuk kopi dalam wadah yang bisa ditutup rapat,
tidak bercampur benda lain,
bahkan kalau kita punya persediaan lebih dari satu jenis kopi
sebaiknya kita pisahkan juga wadahnya.
Wassalam.

Senin, 18 Oktober 2010

Kopi nggak enak vs Kopi enak

Belum lama ini aku ke Jogya untuk reunian SMA N I Jakarta -Budi Utomo- angkatan 72 (gile banget, udah tuek kita-kita ini ya). Sehari sebelum acara reuni itu aku udah dateng, janjian sama salah satu temen untuk duluan ketemuan, trus kita nginep di sekitar Malioboro, maksudnya biar murah dan deket kalo mau menikmati Malioboro. Disekitar tempat kita nginap sepertinya daerah banyak turis-turis backpacker nginap, jadi dalam pikiranku kalo banyak bule mestinya gampang bisa minum kopi enak. Nah waktu sarapan aku pesen kopi (kopi hitam), ya ampun keterlaluan bener itu kopi --menurutku-- rupa dan rasanya. Kopinya biarpun udah diaduk lagi tetep aja banyak bubuk butiran yang ngapung, ketahuan bahwa nyedunya nggak pake air mendidih, rasanya payah dan aromanya hampir nggak ada. Aku jadi nggak habis pikir, apa kalo bule-bule itu pada minta kopi juga akan dikasih kopi yang nggak jelas rasanya gitu. Apa susahnya sih bikin kopi enak, rasanya pingin ngajarin deh, rasanya pingin protes lho sama menejer hotelnya. Untungnya waktu reunian kita nginapnya di salah satu hotel bintang lima (Jogyakarta Plaza), nah disitu kan kopinya keluar dari mesin kopi otomatis yang rasa kopinya betul-betul lezat (enak gila). Aku merasa selain karena emang kopinya enak juga karena pengaruh aku habis dikecewain rasa kopi sehari sebelumnya (subyektif juga ya), nah jadi deh aku kaya orang "nora" tiap sarapan --kita 2 malam disitu-- minum kopinya pake nambah. Biarpun begitu aku nggak akan ngambil kesimpulan bahwa minum kopi di hotel berbintang pasti lebih enak daripada di hotel melati, karena kalau mau nggak  susah kok belajar menghidangkan kopi enak.
Tips :
kopi biasa "harus" diseduh pake air mendidih
kopi instan "bisa" diseduh dengan air panas 85° (kira-kira sama dengan
air mendidih trus tunggu 5 menit sebelum dipake)  
Wassalam          

Senin, 11 Oktober 2010

Enaknya beda-beda

Dikalangan "perkopian" orang sering bilang kopi arabika lebih enak daripada robusta sedangkan masyarakat peminum dan peggemar kopi biasa kalau disuruh nyicipin kopi arabika akan bilang bahwa lebih enak kopi yang biasa mereka minum (robusta tentunya). Sebenernya sih, arabika atau robusta enaknya beda-beda, bener lho, sekurang-kurangnya menurut saya. Begini, kopi yang biasa kita nikmati dirumah atau di warung-warung kopi biasa memang pada umumnya jenis robusta, sehingga lidah orang awam menjadi terbiasa dengan rasa kopi robusta. Tapi kalau kita termasuk penikmat kopi --bukan pecandu kopi biasa-- lazimnya dirumah kita juga punya persediaan kopi arabika selain kopi biasa (robusta), sehingga kita juga tidak awam dengan rasa kopi arabika. Kalau kita baru pertamakali mencicipi kopi arabika akan terasa sesuatu yang menggigit dilidah kita yang jika kita sudah terbiasa akan merupakan kenikmatan/kelezatan tersendiri, dan kalau anda suka minum kopi kental maka kopi arabika sebaiknya tidak dibuat sekental kopi robusta. Tapi kalau anda ingin menikmati sensasi dalam secangkir kopi anda, cobalah tips yang berikut ini.
Tips :
Secangkir kopi sensasi
1 setengah sendok kopi robusta + 1/2 sendok kopi arabika
+ 1 atau 1 1/2 sendok teh gula kemudian seduh dengan air mendidih
(tentunya dengan cara seperti pada tips pertama) untuk secangkir kopi.
Selamat mencoba.
Wassalam.

Senin, 04 Oktober 2010

Menikmati Kopi

Minum kopi --sekali atau dua kali sehari-- merupakan salah satu aktifitasku yang kuanggap penting dan bermutu. Ya, penting karena aku menikmatinya, bahkan kadaqng-kadang menjadi caraku untuk menikmati "me time", dan bermutu karena minum kopi --bukan kecanduan kopi-- dapat menyehatkan tubuh. Betul lho, sedikit asupan cafein dapat meningkatkan ataupun menjaga "mood" kita dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.
Untuk bisa menikmati minum kopi, bagiku yang pertama-tama tentunya minuman kopinya harus enak, meskipun waktu dan tempat juga harus dipertimbangkan. Begitu senangnya aku menikmati kopi, sampai sampai kalau aku berkunjung ke daerah lain aku akan menyempatkan diri minum kopi disitu, kalau rasanya mengesankan akan menjadi catatan bagiku dan biasanya aku akan mengulanginya pada kesempatan lain.
Aku juga terbiasa memperhatikan referensi yang kubaca atau yang diberikan orang mengenai kopi yang enak disuatu tempat. Pernah aku sempat-sempatkan dalam salah satu kunjunganku ke Jakarta, minta antar adikku --makasih Nia-- dibela-belain naik busway dari Kalideres trus turun didepan Sarinah, kemudian rela berpanas-panas menyusuri jalan Sabang --sambil nyari dan tanya sana sini-- untuk minum kopi di "Kopitiam Oey" nya pak Bondan, karena sebelumnya baca referensinya di koran.

Tips :
Kopi tubruk nikmat
Pastikan diseduh pake air yang telah mendidih kemudian diamkan sesaat,
gelasnya/cangkirnya sebaiknya dibilas dulu pakai air mendidih, masukkan
2 sendok kopi + 1 atau 2 sendok gula, diseduh sambil diaduk,
trus langsung ditutup, 2 atau 3 menit buka tutupnya, baru nikmati. Sedaaaap.
Wassalam.