Akhir-akhir ini kita sering mendengar mengenai "White Coffee" atau kopi putih, bahkan belakangan ini kita juga telah melihat iklannya di media cetak dan televisi. Tahun lalu pun di Jakarta mulai dibuka gerai kopi waralaba yang menyuguhkan kopi putih. Sebenarnya apakah yang disebut kopi putih atau white coffee itu, berikut ini adalah beberapa determinasi mengenai kopi putih.
1. White coffee dibuat dari biji kopi yang digongseng (roasted) tidak sampai matang, sehingga akan menghasilkan biji kopi yang berwarna lebih terang dan aroma berbeda daripada biji kopi umumnya yang digongseng sampai matang yang biasanya akan menghasilkan biji kopi berwarna coklat gelap dan aroma khas kopi. Biji kopi putih ini juga lebih keras dari biji kopi yang digongseng matang sehingga membutuhkan grinder khusus untuk menggilingnya, dan karena berasal dari biji kopi yang digongseng tidak sampai matang maka kopi putih diduga mengandung kafein lebih tinggi daripada kopi biasa.
2. Di negara2 barat seperti Amerika, Inggris, dan Australia, yang dimaksudkan dengan White Coffee seringkali merujuk kepada kopi hitam atau espresso yang ditambah susu atau krimer (creamer/whitener). Bedanya dengan "cafe au lait" yang merupakan kopi dengan susu juga adalah, white coffee menggunakan susu dengan suhu kamar sedangkan cafe au lait menggunakan susu panas.
3.Di Amerika, white coffee juga bisa merujuk pada biji kopi yang digongseng (hanya) sampai kuning, dan ketika dibuat espresso menghasilkan minuman kopi encer berwarna kuning namun dengan keasaman tinggi. Jenis biji kopi ini umumnya hanya untuk membuat espresso, tidak untuk kopi seduh biasa. Karena digongseng dalam waktu yang lebih singkat, maka gula alami dalam biji tersebut tidak sampai terkaramelisasi (anda yang sering membuat sendiri gula karamel akan mengerti maksud "tidak terkaramelisasi") dan tidak meninggalkan rasa pahit, rasa dan aromanya dikatakan seperti kacang.
4. White coffee juga dapat merujuk kepada Ipoh white coffee, minuman kopi populer yang berasal dari Ipoh, Perak, Malaysia. Kopi putih ini berasal dari biji kopi yang digongseng dengan margarin, sehingga memberikan warna lebih terang dibandingkan dengan kopi hitam tradisional Malaysia (Kopi-O), yang digongseng selain dengan margarin juga gula dan gandum.Ipoh white coffee disajikan dengan susu kental, saat ini juga banyak tersedia dalam bentuk instan.Sebenarnya istilah "kopi putih" berasal dari bahasa Cina, yang diperkenalkan pada abad ke 19 oleh imigran Cina yang datang untuk bekerja di tambang timah lokal di Ipoh, yang artinya tidak ada hubungannya dengan warna tetapi lebih merujuk kepada bagaimana cara biji kopi digongseng. Di Cina, kata "putih" juga berarti "tanpa", atau "murni". Maksudnya tidak ada suatu apapun yang ditambahkan selama proses penggongsengan biji kopi. Ipoh White Coffee telah diadopsi sebagai salah satu minuman resmi di Paviliun Malaysia pada World Expo 2010 di Shanghai, Cina.
5. Ada juga jenis minuman lain didunia yang menggunakan istilah white coffee. Di Yaman yang disebut white coffee adalah sejenis minuman yang berasal dari kulit biji kopi yang diseduh dengan menambahakan beberapa macam rempah rempah. Kemudian di Lebanon dan Siria, yang disebut white coffee malah sama sekali bukan kopi, melainkan sejenis "teh herbal" yang dibuat dari air kuntum bunga jeruk, bersifat menenangkan syaraf, biasanya dihidangkan setelah selesai makan hidangan dengan menu berat. Di Lebanon diberikan pada bayi yang rewel, juga digunakan sebagai parfum pada air mandi ataupun langsung pada kulit.
Sekarang kita tahu ada bermacam-macam pengertian untuk "white coffee", Meskipun demikian white coffee yang saat ini mulai populer dan mulai digemari di Indonesia bahkan telah ada gerai franchise nya jelas merujuk kepada white coffee yang berasal dari negeri jiran, Malaysia. Hanya saja kira-kira 2 tahun yang lalu di Malaysia terjadi boikot terhadap white coffee yang sangat terkenal mereknya. Anda dapat mencari tahu lebih jelas mengenai boikot ini, didunia maya atau langsung kepada kenalan anda dinegara jiran tersebut, saya sendiri terkejut dengan tuduhan pada boikot tersebut
Berbagai sumber a.l : http//coffeefaq.com/site/node/53
http//wikipedia.org/wiki/White_coffee
http//www.ehow.com/about_5081900_white-coffee-beau.html
http//teabeancoffee.com/what_is.php
Wassalam
A blog about coffee and enjoying coffee experiences, a blog for everyone who interested in everything about coffee.
Minggu, 27 Februari 2011
Minggu, 13 Februari 2011
Like Mother Like Children ?
Belakangan ini saya merenungkan kegemaran saya minum kopi sambil mengaitkannya dengan peribahasa yang berbunyi begini: "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", atau "Like father like son" kata orang orang barat sana. Kok ya bener sih kata pepatah itu, setidak tidaknya yang terjadi pada anak anakku.
Ceritanya begini, meskipun saya seorang penggemar kopi namun dari dulu saya selalu berusaha keras agar anak anak saya tidak terpengaruh minum kopi, saya ingin anak anak saya tidak terpapar kafein diusia muda. Kedengarannya seperti saya seorang ibu yang terlalu protektif pada anak anaknya, mungkin juga. Tapi apapun namanya itu adalah karena saya tahu efek negatif konsumsi kafein berlebihan, nah saya sangat kuatir kalau kalau hal tersebut menimpa anak anak saya. Berbagai upaya saya lakukan agar mereka tidak secara dini merasakan kopi, saya kuatir mereka merasa bahwa kopi itu enak lalu mereka jadi gemar minum kopi. Dalam pikiran saya kalau mereka akan menyenangi kopi, biarlah ketika mereka sudah berumah tangga saja kelak.
Anak saya yang pertama, perempuan 24 tahun, seorang pemanjat tebing. Saya senang ketika sejak lama dia berusaha menghindari kopi --dan minuman apapun yang mengandung kafein-- karena dia tahu kafein tidak baik bagi olahragawan. Beberapa bulan terakhir ini saya mengetahui bahwa dia mulai biasa minum kopi meskipun tidak rutin. Nah, belum lama ini saya perhatikan dia mulai menggemari kopi, sudah bisa dia cerita mengenai merek-merek kopi yang enak yang dijumpainya diperjalanan panjat tebing nya ke kota-kota lain. Sebetulnya saya agak sedih menyadari hal tersebut, tapi karena saya juga menyadari dia bukan anak-anak lagi maka saya hanya mengingatkannya bahwa kebanyakan kafein tidak baik bagi dia yang seorang pemanjat tebing.
Anak saya kedua hampir 23 tahun, perempuan juga, baru sebatas mencoba minum kopi sekali-sekali, saya senang karena saya tidak mendengar (belum ?) dia bilang bahwa kopi itu enak, tapi saya pernah mendengar lebih dari sekali dia mempromosikan kafe baru yang menyediakan kopi dan menyarankan saya untuk mencobanya. Nah lho ?
Anak ketiga saya juga perempuan, 20 tahun, mungkin karena kuliah di Jakarta --dimana mengunjungi kafe sepertinya sudah menjadi gaya hidup anak muda disitu-- sepertinya sudah terbiasa menikmati minuman berkopi, malah dalam beberapa kali pertemuan kami kalau aku mengajaknya makan minum di restoran dia seringkali memesan kopi es. Gimana coba ?
Si bungsu saya, remaja laki-laki hampir 19 tahun, sekali-sekali saya biarkan dia minum cappucino tapi saya larang minum kopi hitam. Nah, baru-baru ini aku sempat merasa surprise waktu dia minta mencicipi sedikit kopi yang sedang saya nikmati sambil ngeblog --kebetulan waktu itu kopi cinnamon-- lalu dia berkomentar "kok enak kopinya ya Mi". Komentarnya itu yang bikin aku tertegun, dalam hati aku berkata, wah sudah tahu dia bahwa kopi hitam ternyata enak. Aduh nak, jangan senang kopi hitam dulu dong, kamu masih muda banget lho, nanti aja deh kalau mau seneng kopi item (cuma dalam hati).
Terus bagaimana, apa saya harus sedih ? atau bangga karena ada kaderisasi ?, atau sedih dan bangga ? Yang jelas saat ini saya mencoba untuk tidak terlalu kuatir akan hal tersebut, saya berharap mudah-mudahan mereka menyadari baik buruknya kefein sehingga dapat mengontrol konsumsi kopinya, dan saya tetap selalu mengingatkan mereka akan hal itu.
Wassalam
Ceritanya begini, meskipun saya seorang penggemar kopi namun dari dulu saya selalu berusaha keras agar anak anak saya tidak terpengaruh minum kopi, saya ingin anak anak saya tidak terpapar kafein diusia muda. Kedengarannya seperti saya seorang ibu yang terlalu protektif pada anak anaknya, mungkin juga. Tapi apapun namanya itu adalah karena saya tahu efek negatif konsumsi kafein berlebihan, nah saya sangat kuatir kalau kalau hal tersebut menimpa anak anak saya. Berbagai upaya saya lakukan agar mereka tidak secara dini merasakan kopi, saya kuatir mereka merasa bahwa kopi itu enak lalu mereka jadi gemar minum kopi. Dalam pikiran saya kalau mereka akan menyenangi kopi, biarlah ketika mereka sudah berumah tangga saja kelak.
Anak saya yang pertama, perempuan 24 tahun, seorang pemanjat tebing. Saya senang ketika sejak lama dia berusaha menghindari kopi --dan minuman apapun yang mengandung kafein-- karena dia tahu kafein tidak baik bagi olahragawan. Beberapa bulan terakhir ini saya mengetahui bahwa dia mulai biasa minum kopi meskipun tidak rutin. Nah, belum lama ini saya perhatikan dia mulai menggemari kopi, sudah bisa dia cerita mengenai merek-merek kopi yang enak yang dijumpainya diperjalanan panjat tebing nya ke kota-kota lain. Sebetulnya saya agak sedih menyadari hal tersebut, tapi karena saya juga menyadari dia bukan anak-anak lagi maka saya hanya mengingatkannya bahwa kebanyakan kafein tidak baik bagi dia yang seorang pemanjat tebing.
Anak saya kedua hampir 23 tahun, perempuan juga, baru sebatas mencoba minum kopi sekali-sekali, saya senang karena saya tidak mendengar (belum ?) dia bilang bahwa kopi itu enak, tapi saya pernah mendengar lebih dari sekali dia mempromosikan kafe baru yang menyediakan kopi dan menyarankan saya untuk mencobanya. Nah lho ?
Anak ketiga saya juga perempuan, 20 tahun, mungkin karena kuliah di Jakarta --dimana mengunjungi kafe sepertinya sudah menjadi gaya hidup anak muda disitu-- sepertinya sudah terbiasa menikmati minuman berkopi, malah dalam beberapa kali pertemuan kami kalau aku mengajaknya makan minum di restoran dia seringkali memesan kopi es. Gimana coba ?
Si bungsu saya, remaja laki-laki hampir 19 tahun, sekali-sekali saya biarkan dia minum cappucino tapi saya larang minum kopi hitam. Nah, baru-baru ini aku sempat merasa surprise waktu dia minta mencicipi sedikit kopi yang sedang saya nikmati sambil ngeblog --kebetulan waktu itu kopi cinnamon-- lalu dia berkomentar "kok enak kopinya ya Mi". Komentarnya itu yang bikin aku tertegun, dalam hati aku berkata, wah sudah tahu dia bahwa kopi hitam ternyata enak. Aduh nak, jangan senang kopi hitam dulu dong, kamu masih muda banget lho, nanti aja deh kalau mau seneng kopi item (cuma dalam hati).
Terus bagaimana, apa saya harus sedih ? atau bangga karena ada kaderisasi ?, atau sedih dan bangga ? Yang jelas saat ini saya mencoba untuk tidak terlalu kuatir akan hal tersebut, saya berharap mudah-mudahan mereka menyadari baik buruknya kefein sehingga dapat mengontrol konsumsi kopinya, dan saya tetap selalu mengingatkan mereka akan hal itu.
Wassalam
Sabtu, 05 Februari 2011
Kopi Luwak di Bali
Baru baru ini saya pergi ke Bali, ini merupakan kunjungan saya yang kedua ke pulau dewata. Bagi anda yang pernah berwisata ke Bali, tentu masih ingat diantara banyak obyek wisata yang ditawarkan dan kita kunjungi salah satunya adalah agro wisata kebun kopi, dimana disana kita dipersilahkan mencicipi beberapa jenis minuman kopi. Nah yang ingin saya bahas disini adalah mengenai kopi luwak mereka, karena mereka memberi nama kopi luwak dalam bahasa inggris sebagai "peaberry coffee", saya dengan serius mengulang pertanyaan saya dan mereka dengan mantapnya mengatakan bahwa kopi luwak adalah peaberry coffee, dan mereka memang menuliskan seperti itu pada papan nama mengenaikopi luwak. Bukankah ini dapat menyesatkan para turis, karena kita tahu bahwa peaberry coffee bukan kopi luwak tapi kopi lanang. Saya sebagai pemerhati kopi sangat risau melihat hal tersebut, saya berpikir bahwa para turis yang tidak tahu akan menerima informasi yang salah dan para turis yang tahu akan menertawakan (meskipun dalam hati) hal tersebut. Berikut ini saya kutipkan dua tulisan mengenai "Peaberry" untuk lebih menambah penjelasan mengenai peaberry.
Dari Wikipedia, the free encyclopedia
Peaberry, also known as caracoli, is a type of coffee bean. Normally the fruit of the coffee plant develops as two halves of a bean within a single cherry, but sometimes only one of the two seeds gets fertilized so there is nothing to flatten it. This oval (or pea-shaped) bean is known as Peaberry. Typically around 5% of all coffee beans harvested are of this form.
Normal coffee beans are less commonly called by contrast flat berry
Peaberry coffees are particularly associated with Tanzanian Coffee[1], although the peaberry variety of Kona coffee has also become quite prominent.[2]
by Kenneth Davids
What Are Peaberries?
Peaberries (also caracol or caracolillo, "little snail" in Spanish) result when the coffee fruit develops a single oval bean rather than the usual pair of flat-sided beans. A half-hearted, vestigial crevice meanders down one side of the little egg-shaped beans. Botanists observe that peaberries develop when only one of two ovaries in the flower are pollinated or accept pollination, thus producing one seed rather than two - an only child, as it were, in a species in which twins are the norm. Since Arabica coffee is self-pollinating (the same flower can impregnate itself) excessive peaberry production is a sign of general infertility of the plant. New hybrid varieties of Arabica that introduce genetic material from other species like robusta often produce large percentages of peaberry, for example, though that problem is usually corrected by backcrossing, or reintroducing Arabica material back into the partly sterile hybrid until it behaves normally and produces something close to the normal five percent of peaberry.
Dari dua kutipan diatas dengan jelas dapat diketahui bahwa peaberry coffee adalah biji kopi yang terjadi jika salah satu dari dua biji pada bunga kopi tidak dibuahi pada waktu proses penyerbukan. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan kopi luwak. Selain penikmat dan pemerhati kopi, saya juga orang yang hirau akan pariwisata, sehingga saya merisaukan jika terjadi kesalahan informasi mengenai sesuatu yang ada pada obyek-obyek pariwisata kita, apalagi di Bali yang notabene merupakan destinasi wisata yang sangat terkenal di seantero jagat. Apakah kekuatiran saya ini berlebihan ? Bagaimana dengan anda sendiri ?
Wassalam
Dari Wikipedia, the free encyclopedia
Peaberry, also known as caracoli, is a type of coffee bean. Normally the fruit of the coffee plant develops as two halves of a bean within a single cherry, but sometimes only one of the two seeds gets fertilized so there is nothing to flatten it. This oval (or pea-shaped) bean is known as Peaberry. Typically around 5% of all coffee beans harvested are of this form.
Normal coffee beans are less commonly called by contrast flat berry
Peaberry coffees are particularly associated with Tanzanian Coffee[1], although the peaberry variety of Kona coffee has also become quite prominent.[2]
by Kenneth Davids
What Are Peaberries?
Peaberries (also caracol or caracolillo, "little snail" in Spanish) result when the coffee fruit develops a single oval bean rather than the usual pair of flat-sided beans. A half-hearted, vestigial crevice meanders down one side of the little egg-shaped beans. Botanists observe that peaberries develop when only one of two ovaries in the flower are pollinated or accept pollination, thus producing one seed rather than two - an only child, as it were, in a species in which twins are the norm. Since Arabica coffee is self-pollinating (the same flower can impregnate itself) excessive peaberry production is a sign of general infertility of the plant. New hybrid varieties of Arabica that introduce genetic material from other species like robusta often produce large percentages of peaberry, for example, though that problem is usually corrected by backcrossing, or reintroducing Arabica material back into the partly sterile hybrid until it behaves normally and produces something close to the normal five percent of peaberry.
Dari dua kutipan diatas dengan jelas dapat diketahui bahwa peaberry coffee adalah biji kopi yang terjadi jika salah satu dari dua biji pada bunga kopi tidak dibuahi pada waktu proses penyerbukan. Tidak ada hubungannya sama sekali dengan kopi luwak. Selain penikmat dan pemerhati kopi, saya juga orang yang hirau akan pariwisata, sehingga saya merisaukan jika terjadi kesalahan informasi mengenai sesuatu yang ada pada obyek-obyek pariwisata kita, apalagi di Bali yang notabene merupakan destinasi wisata yang sangat terkenal di seantero jagat. Apakah kekuatiran saya ini berlebihan ? Bagaimana dengan anda sendiri ?
Wassalam
Kamis, 03 Februari 2011
When The Six Ladies go to Bali
Minggu lalu aku pergi berlibur ke Bali bersama tiga orang anak-anak gadisku dan dua orang adik perempuanku, jadilah kita berenam perempuan semua keliling pulau dewata, sayangnya kita nggak sempet ke Bali utara. Berikut ini adalah foto-fotonya, karena aku pecinta kopi maka disempetin juga foto di kebun kopi.
di P Penyu
nonton tari Kecak di Uluwatu
Uluwatu.....awas jangan terlalu minggir
Nah ini dia kebun kopi di desa Sekaan-Kintamani
nonton tari Barong di Su'ung-Denpasar
mejeng sama penari hanoman
nampang di depan topeng barong
with my daughters Tegallalang pura Taman Ayun
awas banyak monyet di Alas Kedaton
di depan arca kepala Wisnu di GWK arca kepala garuda tunggangan Wisnu
pura Besakih, kompleks pura terbesar di Bali
pura Dalem di Alas Kedaton
salah satu pohon unik di Alas Kedaton
halo...kita lagi di Tampaksiring
pura Tanah Lot
Ahaaa....The Six Ladies in Tanah Lot
pura Kehen beringin tua di pura Kehen
pura Ulen Danu pura Taman Ayun di Mengui
Selamat menikmati
Wassalam
di P Penyu
nonton tari Kecak di Uluwatu
Uluwatu.....awas jangan terlalu minggir
Nah ini dia kebun kopi di desa Sekaan-Kintamani
nonton tari Barong di Su'ung-Denpasar
mejeng sama penari hanoman
nampang di depan topeng barong
with my daughters Tegallalang pura Taman Ayun
awas banyak monyet di Alas Kedaton
di depan arca kepala Wisnu di GWK arca kepala garuda tunggangan Wisnu
pura Besakih, kompleks pura terbesar di Bali
pura Dalem di Alas Kedaton
salah satu pohon unik di Alas Kedaton
halo...kita lagi di Tampaksiring
pura Tanah Lot
Ahaaa....The Six Ladies in Tanah Lot
pura Kehen beringin tua di pura Kehen
pura Ulen Danu pura Taman Ayun di Mengui
Selamat menikmati
Wassalam
Langganan:
Postingan (Atom)